Pengalaman Naik Pelita Air Service

Lelah

Sisa perjalanan kemarin.

Sore menjelang. Selepas azan ashar berkumandang. Perjalanan berkeliling kabupaten tapin diputuskan untuk disudahi. Ini hari terakhir setelah tiga hari berkeliling, mulai dari kota rantau, singgah di desa banua halat kiri, lalu ke desa timbaan.

Sebenarnya tugas belum tuntas benar, masih berlanjut ke ibukota banjarmasin. Nggak apa-apa. Sore ini waktunya menikmati dan mencari (lagi) makanan untuk buka puasa dan makan malam.

Agar tidak terasa merepotkan, segala bawaan yang kami dapat sepanjang perjalanan disimpan di hotel. Baru saja mau melangkah masuk, saya melihat sesuatu yang ganjil di depan pintu.

20180518_153415.jpgBerwarna hitam dan diam tak bergerak. Penasaran, saya dekati. Rupanya ia seekor burung kecil. Ah, apakah ia mati? Kasihan sekali.

Pelan-pelan, saya menyentuhnya. Burung itu bergerak. Bergeser saja. Rupanya ia menabrak pintu kaca hotel ketika hendak terbang entah kemana.

Pintu kaca berwarna hitam itu mungkin membuatnya tak tahu kalau ada rintangan di depannya. Pantulan pepohonan membuatnya tak nyata. Begitu perkiraan saya.

Kasihannya. Sayang, saya tidak bisa memeriksanya lebih jauh. Hanya menyerahkan pada penjaga di ruang depan. Berharap burung itu segera pulih dan bisa terbang kembali.

 

Komentar