Pengalaman Naik Pelita Air Service

Pare tak pahit lagi

Pingin banget mengenalkan anak-anak dengan sayuran ini. Tapi perjuangan banget karena rasa pare yang pahit. Kalau pun ingin makan sayur pare, ya harus masak dua jenis sayur. Sayur pare buat saya dan miswa, sayur lain untuk anak-anak.

keripik-pare-agrowindo

Foto: agrowindo

Sebenarnya sudah berusaha keras mengurangi kadar pahitnya dengan mengiris tipis dan memberinya garam. Habis itu olahraga tangan karena harus meremas pare dengan segenap kekuatan. Biar sudah bolak-balik diremas, pare tetap kuat dan tabah. Dia tidak hancur dan liat.

Usaha ini lumayan mengurangi kadar pahit. Tetapi belum mampu memikat hati anak-anak. Mereka tetap berkata, Tidak!.

Sampai suatu waktu, iseng melihat keramaian di lapangan murjani. Ternyata ada pameran produk ukm. Keliling-keliling dapat kopi. Lalu asyik ngobrol sama seorang bapak yang membuat alat hidroponik berbahan alam. Tabungnya dari bambu. Lalu cairan untuk tanamannya diolah dari campuran air kelapa dan air beras. Jadi organik banget.

20180719_125548.jpg

Jalan lagi ah. Tetiba, langkah kaki terhenti tepat di depan sebuah stan. Dua orang mas-mas penjaga stan sibuk menawarkan kripik pare. Katanya sih nggak pahit. Coba ah.

Ternyata bener lho. Keripik parenya nggak pahit. Si kecil yang ikut keliling penasaran juga dan mencoba. Siap-siap dong denger komentarnya. Ternyata nggak pahit. Hore.

Detik itu juga langsung beli dua bungkus. Satu bungkus dihargai Rp20.000, buat camilan di rumah. Dari obrolan singkat, saya tahu kalau parete, merek kripik pare, ini dibuat oleh salah satu ukm di kota Banjarbaru.

Tagline "a bite of happines" di kemasannya seperti menegaskan kalau pare juga bisa memberi kebahagiaan. Ya, iyalah kan sudah nggak pahit lagi. Pun bisa dinikmati kapan saja dan dimana saja. Akhirnya misi saya mendekatkan pare dengan anak-anak berhasil berkat sentuhan kripik pare.

Note: foto keripik pinjam agrowindo karena habis sebelum di foto.

 

Komentar

  1. Wow... baru tahu ada kripik pare, Mbak Utari.
    harus saya coba nih.

    Kalau di keluarga saya, selain ditumis, disantan, pare juga diisi serundeng kelapa atau ikan, Mbak Utari. nanti masaknya kayak buntil.

    BalasHapus
  2. Kebetulan nemu pak hehehehe. Saya lebih suka ditumis sih. Praktis. Kalau lagi malas ya di rebus saja. Di cocol sambal.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.