Melihat Acara Mandi Sungai Riam di Cemapaka

Uniknya pasar martapura

Hai...hai...kita main yuk ke pasar. Maaf ya kalau tempat mainnya kesannya gimana gitu. Pasar lagi...pasar lagi. Tapi...tunggu dulu jangan  kecewa karena menurut saya, setiap tempat pasti punya cerita.



Batu muliaNggak percaya? Tenggok deh rumah tetangga sebelah. Temboknya kayak gimana? Warnanya apa? Ada tanaman apa? Punya peliharaan nggak? Baru beli apa? Upss... banyakan yang menarik buat digali, asalkan yang positif ya. Nah apalagi pasar, banyak yang jualan, banyak juga pembelinya.

Salah satu pasar yang kerap saya datangi adalah....pasar martapura. Kebetulan letaknya dekat dari rumah. Nggak sampai sejam udah sampai. Udah gitu barang yang ditawarin beragam banget. Buanyakk. Mau beli sayur tinggal ke pasar di belakang pasar batuah. Segala keperluan dan belanja dapur tersedia di sana. Kalau baju, sepatu, plus peralatan rumah tangga ya di pasar batuahnya. Tapi...kali ini mainnya ke pasar oleh-olehnya alias pertokoan CBS martapura.

Kebetulan ada teman yang minta dicariin barang. Wuih...siapa yang menolak dimintain belanja. Biarpun saya cuma bisa cuci mata saja sudah bahagia hahaha.

Kalau yang belum pernah kemari pasti agak bingung mau masuk dari mana. Tenang gaaess, akses masuknya dari belakang. Jadi kalau dari arah banjarbaru, kita putar balik di depan taman lalu belok kiri melewati gerbang besar. Trus belok kiri lagi. Tepat di bawah pohon rindang terdapat sebuah pos kecil yang dijaga oleh para penunggu bertampang biasa aja, pakai kaos, celana sama topi. Tangannya memegang lembaran karcis parkir yang sigap diberikan pada para pengemudi. Kalau motor parkirnya bayar 2000 rupiah saja. Untuk mobil lebih mahal (maaf nggak tau berapa karena biasa pakai motor). Setelah itu silahkan mencari lahan parkir sendiri. Nggak perlu kuatir kehabisan sebab bisa menampung 300 mobil. Motor pasti lebih banyak lagi.

Saya sendiri lebih suka parkir motor di dalam. Biar lebih dekat jalan kaki ke tokonya sih, edisi malas yang nggak perlu ditiru. Begitu sampai kita bebas mau mulai berkeliling dari sudut mana pun. Saya juga sukanya memulai secara acak, biar nggak bosan.

Di kawasan ini terdapat beberapa puluh toko yang menjual berbagai macam barang kerajinan. Ada toko yang khusus menawarkan kain sasirangan khas kalimantan selatan. Mau yang berupa kain lembaran atau sudah dibikin baju juga ada. Kain ini dibuat dengan menggunakan teknik celup setelah sebelumnya motif dijelujur. Jenis kain yang umumnya dipakai berupa kain katun, kain semi sutera, dan kain sutera. Soal harga jelas kain sutera lebih mahal. Selembar kain sasirangan sutra bisa mencapai ratusan ribu rupiah tergantung motif dan warnanya.

Menyadari besarnya minat pembeli, lho apaan sih. Maksudnya biar lebih banyak pilihan, sasirangan ini diaplikasikan juga pada kerudung, mukena, tas, dompet, sampai kaos. Jadi para wisatawan dan aktivis jasa titip kayak saya bisa punya banyak referensi buat ditawarkan.

Sekarang beralih ke barang kerajinan lainnya yaitu lampit dan tas anyaman. Gampang banget ngenalin toko penjual lampit karen tikar ini dipajang secara menyolok. Ya iyalah kan ukurannya besar. Nah lampit yang ditawarkan ada berbagai ukuran, ukuran kecil seperti sajadah hingga yang besar buat dipake rame-rame. Tikar ini cakep lho karena ada yang dibuat dengan menambahkan motif. Tapi mau yang polos juga ada sih. Saya senang ngeliatnya, tapi belum sempat beli. Mungkin karena merasa tempatnya deket jadi malah ditunda terus.

Tikar berbahan alam ini adem lho. Nggak panas gitu. Serasa ada anginnya (ini mah lebay). Kebiasaan saya nih kalau ke pasar, belum afdol kalo belum ngobrol sama pemilik toko. Dari situlah saya tahu ada dua jenis tikar lampit, ada yang pabrikan (buatannya rapi banget plus pingirnya kayak dikasih pelapis) lainnya buatan tangan. Lampit buatan tangan ternyata ukuran rotannya lebih halus dan nggak sebesar lampit pabrik. Bisa dimaklumi sih wong harga lampit hand made jauh lebih mahal. Lampit buatan tangan ukuran 1x1 meter aja bisa sampai 300 ribu. Nah lampit pabrik ukuran 2x3 cuma 200 ribuan rupiah. Enaknya nih kalau beli lampit padahal rumah jauh nggak perlu pusing cara bawanya. Serahkan saja sama penjual asalkan kasih alamat lengkap plus uang buat paketin. Dijamin lampit sampai rumah dengan selamat.

Puas ngeliatin lampit, kalau bisa sih beli tas anyaman. Ukurannya macam-macam. Harganya ya sekitar 50 ribuan buat tas ukuran gede. Konon, tas ini bisa menahan berat hingga 50 kg. Cocokkan buat nampung belanjaan lain. Jadi mari belanja pernak-pernik lainnya.

Manik-manik dari pasar martapura

Hmm apa ya yang menarik? Nggak lain dan nggak bukan selain batu. Yap disinilah para penjual batu berkumpul. Kabarnya mereka sudah buka lapak sejak 50 tahun silam. Beragam batu mulia ditawarkan di sini, ada kecubung yang berwarna ungu, red borneo yang merah, giok dan lain sebagainya. Uniknya pedagang nggak cuma menawarkan dari balik etalase tokonya, ada etalase mini yang berjalan ke sana kemari. Mereka dengan ngencar menawarkan berbagai macam batu meski pun kita lagi duduk manis di depan etalase sambil melototin jejeran batu di dalamnya. Memang sih para penjual ini agak geaer dikit, tapi tetap mengawasi dengan sepenuh hati. Biasanya batu-batu yang mereka tawarkan sudah berbentuk cincin. Ada juga batu polos yang bebas mau dibuat jadi apa, tapi jangan dijadiin kue, keras. Nah kalau sama pedagang keliling ini harga bisa nego abis tapi jangan kebangetan ya.

Pedagang batu keliling pasar martapura

Carilah tempat yang nggak terlalu ramai, nongkrong bareng deh lalu nego harga. Dari pengalaman yang sudah-sudah, mereka dengan senang hati menjelaskan jenis batu yang ditawarkan plus batu lainnya plus pedagang lainnya yang akhirnya ikut ngariung. Buat ngeliat kualitas batu mereka dengan rela menyorot bagian bawah batu pakai senter atawa lampu gawai.   Nah ini dia kudu hati-hati ya. Harga batunya memang murce, cuma kualitasnya ya nggak nomor satulah. Lalu jangan marah kalau ternyata batunya agak sompal dikit atau retak. Toh kalau sudah dijadiin cincin atau liontin nggak keliatan juga sih.

Jika sudah mendapatkan batu yang ditaksir, bisa deh geser ke toko lainnya. Jangan kalap lihat kalung, gelang, dompet cakep dari manik-manik. Warnanya keren-keren, modelnya juga cakep dan kekinianlah. Harganya terjangkau sangat. Mau yang murah seharga 5000 rupiah juga ada kok. Nah ini nih, saya juga punya kalung dari manik-manik. (Ketauan ya cari yang murah).

Pembungkus dari amplop

Setelah puas memilih dan membayar barang sesuai keinginan hati, pemilik toko bakal membungkus barang dalam sebuah amplop. Lho kok amplop? Ini dia keunikan lain dari pasar CBS. Meskipun penjual menyediakan kantung plastik, tetap saja barang dimasukkan dulu ke dalam amplop berwarna cokelat. Di bagian depan amplop tercetak nama toko plus alamat lengkap. Nggak tau juga kenapa mereka memilih memakai amplop. Tapi sejak pertama belanja ke sana sampai sekarang ya begitu cara bungkusnya. Ini berlaku buat barang-barang berukuran kecil ya.

Pernah juga dapetin pedagang merapihkan barang ke dalam kotak kecil yang terbuat dari kardus. Bagian luarnya dilapisi kertas kado. Kesannya jadul banget tapi kok keren. Menurut saya, trik bungkusa  kayak gini sangat krearif sebab membuat pembeli mengingat keunikannya. Irit kartu Andai nggak ditambahi plastik kresek pasti lebih mantep ya.




Komentar

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.