Melihat Acara Mandi Sungai Riam di Cemapaka

Di persimpangan jalan

20180517_122028.jpgCatatan kecil dari perjalanan lalu.

Saat menyusuri jalan-jalan di kota Rantau, Kabupaten Tapin, sebuah bangunan menyita perhatian. Terbuat dari kayu yang di cat hijau dan terletak tepat di tepi jalan.

Dari dalam mobil, terlihat arsitektur rumah itu beda dengan rumah kayu lainnya. Selain lebih tinggi, bagian berandanya seperti dipagari dan berbentuk kotak. Sementara rumah kayu lainnya, teras yang mengikuti ukuran panjang rumah tak diberi pagar.

[gallery ids="183,184,185,186,187" type="rectangular"]

Rupanya perbedaan ini menjadi tanda kalau rumah hijau itu merupakan rumah tradisional banjar yaitu gajah manyusu. Sungguh menarik karenanya saya berniat melihat lebih dekat dan akhirnya meminta ijin pemilik untuk mengabadikannya.

Ketika itulah kondisi sesungguhnya terlihat. Beberapa bagian dinding kayunya sudah lapuk. Ada jejak rayap menempel di bagian teras. Cat yang disapukan nyatanya tak bisa menutupi usianya yang tak muda.

20180517_122048.jpgJendela-jendela besar yang ada di kanan kiri bangunan masih bertahan menjalankan tugasnya. Membiarkan angin masuk agar penghuni mendapat kenyamanan. Begitu juga dengan pintu besar di bagian depan. Sekilas saya teringat akan rumah betawi yang pernah saya singgahi.

Di bagian kiri dan kanan teras, terlihat susunan kayu yang ditata sedemikian rupa. Pagar pembatas terasnya pun seperti kotak persegi panjang berukuran lebar. Lagi-lagi dari kayu. Sedikit hiasan terlihat dibagian kayu penopang tangga.

Kalau saja rumah ini dipelihara dan dirawat dengan baik, pasti akan terlihat lebih menarik. Apalagi, kabarnya, jumlah rumah tradisional banjar sudah tak banyak. Alangkah sayangnya kalau nanti kita hanya bisa melihat replika saja.

Komentar