Melihat Acara Mandi Sungai Riam di Cemapaka

jungkat-jangkit persahatan

Pagi ini Anita bangun lebih pagi. Biasanya pukul 6, ia bangun setelah dibangunkan ibu. Kali ini, ia bangun sendiri dan langsung mandi. Ibu juga sudah mandi dan bersiap dengan pakaian olahraga. Begitu juga dengan Reni, sepupunya. Mereka akan berolahraga di taman yang baru saja diresmikan oleh Pak Walikota.

"Taman itu bagus lho Ren. Ada kolam ikan, lapangan futsal, jalur untuk lari atau jalan cepat, ada saung-saung untuk beristirahat," ujar Anita berpromosi.

"Iya, iya. Kamu sudah cerita kemarin di telepon. Makanya aku menginap di sini buat membuktikannya," jawab Reni tak kalah semangatnya sambil mengikat tali sepatunya.

Anita tertawa gembira. Benar kata Reni, ia tahu keadaan dan fasilitas di taman itu karena ketika peresmian, beberapa siswa dari sekolahnya diminta ikut upacara di sana. Letak sekolahnya pun tidak jauh dari taman itu, hanya lima menit saja berjalan kaki.

"Ayo, kalian sudah siap?," tanya ibu pada Anita dan Reni.

"Siap dong bu," jawab Anita cepat. "Ayo kita olahraga," sambungnya dengan semangat.

Ibu tersenyum melihat tingkah Anita. Ibu senang karena Anita mau berolahraga. Biasanya gadis berambut sebahu itu lebih suka duduk di depan televisi. Dengan berolahraga tubuh tentu akan lebih segar dan sehat.

Ketiganya lantas berjalan kaki dengan gembira menuju taman yang jaraknya hanya lima belas menit dari rumah. Agak jauh sedikit dibanding jarak dari rumah ke sekolah Anita yang memakan waktu sepuluh menit berjalan kaki dari rumah. Sepanjang jalan Anita dan Reni kerap berkejaran dan bercanda. Ibu berjalan di belakang mereka sambil mengawasi. Untungnya jalan yang dilalui cukup sepi dari kendaraan, sehingga Ibu tidak terlalu khawatir.

Mendekati taman, suasana ramai mulai terasa. Beberapa mobil tampak di parkir di tepi jalan. Orang-orang pun banyak yang berjalan kaki menuju ke taman.

"Ayo Ren, sudah dekat tuh," ajak Anita sambil menarik tangan Reni yang sedang memperhatikan para pedagang di tepi jalan.

"Anita, hati-hati," seru Ibu mengingatkan.

Ketiganya lantas masuk ke dalam taman. Benar seperti apa yang diceritakan oleh Anita, taman itu luas dengan berbagai fasilitas untuk warga. Lapangan futsalnya dipakai berlatih sepak bola oleh sekumpulan anak. Sementara lapangan di bagian tengah sudah dipenuhi orang-orang yang akan melakukan senam bersama. Beberapa tampak berlari atau jalan cepat di jalur yang dibuat khusus untuk lari.

Reni gembira sekali waktu melihat fasilitas bermain di taman tersebut. "Keren, nanti kita main di sana ya Nit," ajaknya sambil menatap sepupunya.

"Iya, tapi kita olahraga dulu ya," jawab Anita sambil melangkahkan kaki ke jalur lari.

Anita lantas memimpin di depan. Ia berjalan sambil memperhatikan pohon-pohon yang ditanam di sana. Masing-masing pohon diberi nama agar pengunjung bisa mengetahui jenisnya. Ada pohon mangga, kayu putih, mahoni, dan rambutan. Di sela-sela pohon ditempatkan pot-pot besar berisi tanaman bunga. Ada bunga mawar, melati, dan teratai.

Puas berputar-putar di area itu, Anita mengajak Reni bermain di area bermain anak-anak. Cukup banyak anak-anak yang bermain di sana. Mereka bisa menjajal berbagai permainan yang tersedia seperti ayunan, perosotan, tangga titian, dan jungkat-jangkit. Jumlahnya cukup banyak jadi tidak perlu rebutan.

Anita dan Reni sempat bermain ayunan sebentar lalu bergantian dengan anak-anak lain. Kemudian bermain perosotan bersama anak-anak lain yang belum dikenalnya. Meski belum saling kenal, mereka tidak canggung bermain bersama. "Wah, kita bisa punya teman baru nih Nit," seru Reni.

Puas bermain ayunan dan perosotan, Anita dan Reni ingin menjajal permainan jungkat-jangkit. Sayangnya semua jungkat-jangkit yang ada sudah diisi oleh anak-anak lain. Mereka harus menunggu giliran dengan sabar.

"Hai, kalian mau main bersama kami?" tanya seorang anak laki-laki yang sedang bermain jungkat-jangkit.

"Mau," jawab Anita singkat seraya menghampiri anak itu. "Saya Anita. Ini Reni, sepupu saya," ujarnya memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan.

"Saya Beni dan ini adik saya Lusi," balas Beni seraya bersalaman dengan Anita.

"Halo Beni dan Lusi," sapa Reni tersenyum dan melambaikan tangannya.

Lusi tersenyum melihat Anita dan Reni. Dia menyilahkan Reni duduk bersamanya di jungkat-jangkit. Badan Reni lebih besar dari Anita jadi cocok duduk bersama Lusi yang tubuhnya lebih kecil. Sementara Anita duduk bersama dengan Beni, sebab badannya lebih besar dari Lusi. Dengan begitu jungkat-jangkit itu seimbang dan bergerak dengan baik.

"Kamu tinggal dimana Ben? saya tinggal di jalan Ranu," tanya Anita.

"Oh jalan Ranu, saya tahu itu. Dekat Toko Bersama. Saya suka menemani Mama berbelanja di sana. Rumahku sih di jalan Danau, dekat dari sini," jelas Beni panjang lebar.

"Wah, enak dong. Setiap hari kamu bisa bermain di taman ini," cetus Anita iri.

"Iya dong," balas Beni dengan nada senang. "Rumahmu kan tidak jauh, bisa kok main ke sini. Paling nggak setiap hari minggu. Jadi kita bisa main dan olahraga bersama, iya kan Lus," ucap Beni.

Anita senang sekali, ia langsung mengiyakan ajakan Beni. Ternyata bermain dan berolahraga di taman itu benar-benar banyak manfaatnya. Selain tubuh sehat dan segar, Anita juga bisa punya teman baru, seperti Beni dan Lusi. Dalam hati Anita menamakan jungkat-jangkit yang dimainkannya adalah jungkat-jangkit persahabatan. Karena bermain di sini, ia bisa berkenalan dengan Beni dan Lusi.


Komentar