Pengalaman Naik Pelita Air Service

Naikkan kecepatanmu, kawan!

Cihuy, saatnya berkendara. Pakai motor warna merah. Pakai jaket, sepatu, dan helm. Jangan lupa sarung tangan buat meredam sinar matahari. Maksudnya biar kulit terlindungi, biar pun tidak seratus persen, tak apa.

Nyalakan mesin. Atur spionnya supaya mudah mengintip kendaraan di belakang. Siap, Mari kita jalan. Tak perlu kencang, jalanan tak mulus dan berbatu. Aspalnya sudah menghilang entah kemana. Di salah satu bagian jalan malah sudah tertutup tanah dan agak rata, ini dia lahan bermain bola milik anak-anak yang jarang dipakai. Lewati tanjakan kecil dan sampailah di jalan beraspal mulus.

Upss, jangan dipacu dulu. Lihat ada polisi tidur terbuat dari tambang kapal. Tidak banyak hanya dua. Tidak ampuh benar menahan laju kendaraan yang lewat, terutama motor. Godaan jalan mulus sudah mulai menggelitik. Harus ditahan karena jalan tidak terlalu besar. Ikuti terus maka sampailah di jalan utama yang lebih besar dan mulus.

Ini dia saatnya. Nyalakan dulu lampunya supaya pengendara lain tahu arah yang mau dituju. Tunggu sampai jalan agak lengang. Bisa nekat berjalan kalau mau bersenggolan dengan kendaraan atau truk yang menguasai jalan. Jadi, cari aman saja dan menunggu. Ayo sudah kosong, segera seberangi. Berhenti lagi, tunggu agak lengang dan jalan lagi.

Kini jalan besar dan mulus sudah membentang. Saatnya menaikkan kecepatan. Biasanya saya hanya bisa memacu motor sampai 35 km saja. Lebih kencang lagi, bisa kalau mau bersentuhan dengan kendaraan di depan. Itu dulu ketika di Depok. Kini, batas kecepatan harus ditambah kalau tidak mau disundul mobil atau truk. Jadi pacu terus sampai 50 km.

Menyenangkan? tentu saja. Jarak tempuh 10 km bisa dicapai dalam waktu 20 menit. Masih kalah sih sama yang lain, hahahahaha. Mereka lebih kencang dari saya. Tak apa, saya tidak berminat jadi pembalap. Cukup pengendara saja. Itu sudah menyenangkan untuk saya. Tetapi kewaspadaan tetap harus hukumnya.

Pantau terus bagian belakang lewat kaca. Perhatikan juga bagian depan karena tempat putaran untuk berbalik arah cukup banyak tersedia. Belum lagi kendaraan yang keluar dari beberapa jalan di kiri jalan utama. Umumnya pengendara yang keluar dari jalan ini tidak mau memberi tanda dan langsung jalan saja. Jadi pengendara yang berjalan di tengah harus waspada. Jangan terlalu berjalan di tepi. Juga jangan di kanan jalan sebab itu daerah kekuasaan truk yang lajunya cukup mengejutkan.

Makanya kalau mau menyalip kendaraan di depan, hampir semua pengemudi melakukannya dari kiri. Hhhmmm ngeri juga. Tetapi begitulah yang berlaku di sepanjang jalan Ahmad Yani, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Makanya saya tidak bisa lagi mengemudi dengan kecepatan seperti dulu lagi.

Komentar