Ada Apa di Kota Serang?

Misro, sisi lain dari singkong

Ah, enak ya kalau punya lahan. Nggak perlu berhektar-hektar (eh, boleh juga sih kalau ada rejekinya. amin) asalkan bisa ditanami. Yup, kali ini edisi jadi petani hehehe. Bukan petani sungguhan sih, petani ala-ala yang nggak punya pengalaman plus kemampuan. Hanya memanfaatkan cangkul kecil buat bebersih halaman, plus beberapa batang singkong dari tetangga.

Entah kenapa, tetangga di sekitar rumah semua senang menanam. Ada saja yang ditanam, dari biji cabai, bawang merah, pepaya, sama kenikir yang semuanya berasal dari biji-bijian yang didapat dari dapur. Kan, sayang tuh sama cabai kering. Daripada dibuang begitu saja, ya mending disebar ke tanah kosong. Jadilah pohon cabai tumbuh cantik.

Karena hampir semuanya nanam cabai dan pepaya, saya memilih tanam singkong saja. Kebetulan bibit singkongnya dari tetangga yang sudah panen singkong. Jadi singkongnya sudah terbukti enak dan empuk. Maka, batang-batang singkong itu pun dibawa ke tanah lapang kosong di depan rumah. Namanya bukan petani, jadi nggak mampu mencangkul tanah dalam-dalam. Maka dengan kemampuan seadanya, batang singkong pun ditancapkan ke tanah. Diiringi doa supaya singkongnya tumbuh.

Setelah beberapa kali purnama, dan hampir terlupakan, karena tanaman singkong hampir tertutup alang-alang, saya ingat punya simpanan di lahan depan. Dihitung-hitung, masa panennya sudah lewat. Harusnya 10 bulan sejak tanam, singkong sudah dipanen. Ya, sudah coba saja. Siapa tau berhasil.
Singkong



Dan....ternyata berhasil. Dari lima pohon singkong, saya panen 1,5 kg singkong. Sebenarnya bisa lebih banyak, tapi karena kelamaan beberapa batang singkongnya sudah berubah keras, hampir jadi kayu. Yeey...gembira sangat. Biar pun hasilnya sedikit. Begitu usai cabut mencabut singkong, baru kepikir enaknya dibuat apa ya. Kalau cuma goreng-goreng aja biasa banget. Sebenarnya pingin banget bikin combro, apa daya tidak ada oncom. Jadilah dibuat misro.

Kebetulan cara bikinnya gampang dan bahannya mudah didapat. Ya sudah langsung pergi ke tukang sayur buat beli kelapa parut. Besok pagi-pagi mulai mengolah singkong deh. Semua bahan dan alat yang diperlukan dikumpulkan dulu.

Pagi-pagi mulai deh bikin misro. Singkong yang masih bergeletakan, langsung dikupas bersih. Habis itu dicuci di bawah air mengalir supaya kotorannya terbawa sampai jauuh. Nah, masuk ke proses yang membutuhkan kesabaran, yaitu memarut. Yup, setelah hampir 1 jam akhirnya singkong siap buah diperas. Lho kenapa pakai diperas segala, kasihan. Sebenarnya nggak ada aturan baku buat melakukan pemerasan, tapi kalau nggak diperas singkong akan lembek dan susah dibentuk. Makanya diperas aja, kira-kira sampai setengah kadar airnya hilang. Kalau sudah langsung disatukan dengan teman-temannya. Jadi deh misro.

Biar teman-teman nggak mupeng melihat penampilan misro nan cantik menggoda ini, sebaiknya segera bikin di rumah masing-masing. Boleh kok ngintip resepnya. Silahkan,


Misro

Bahan:
1 kilogram singkong, kupas kulitnya, cuci bersih, dan parut. Peras airnya. sisihkan.
1 butir kelapa parut, pilih yang sedang
1 sdt garam
2 sdm margarin
250 gram gula jawa, diiris halus
Minyak goreng

Cara membuat:
Siapkan wadah. Ambil singkong, garam, dan kelapa parut. Aduk rata. Tambahkan mentega, aduk kembali sampai semua tercampur rata. Ambil sedikit adonan singkong, pipihkan. Beri irisan gula merah. Bulatkan. Pastikan tidak ada yang bocor agar ketika digoreng gula merah tidak keluar. Lakukan sampai semua singkong habis.
Panaskan minyak goreng. Goreng misro sampai berwarna kuning keemasan. Angkat dan sajikan.

Kalau misronya nggak mau langsung dimakan, nggak perlu kuatir. Misro ini juga bisa dibekukan. Caranya goreng misro sampai berwarna putih, alias setengah matang. Maksudnya biar misro nggak pecah waktu disimpan. Angkat dan tiriskan. Biarkan sampai benar-benar dingin baru disimpan di kulkas.Misro beku ini bisa tahan tiga hari lho. Kalau mau disajikan, keluarkan dulu sampai suhunya sama dengan suhu ruang. Lalu goreng hingga kuning keemasan.

Bagaimana kalau singkong diolah jadi makanan lain. Mungkin karena selalu ketemu misro jadi bosen. Tentu boleh dong, mau dibuat singkong thailand, singkong dikasih parutan kelapa plus gula merah juga enak, atau kue roda itu juga mantap. Keripik singkong jangan lupa.

Nah, karena singkong yang saya pakai berasal dari panenan, jadi singkongnya masih bagus. Bagaimana kalau singkongnya dibeli di pasar. Tentu saja bisa diolah menjadi apa saja, tetapi perlu trik khusus untuk mengetahui kualitas singkongnya.

Tip-Tip berikut bisa dicoba ketika membeli singkong di pasar atau tukang sayur.


  • Perhatikan bagian luar singkong, apakah kulitnya masih terlihat basah. Jika ya, berarti singkong belum lama dipanen. Agar lebih pasti jangan ragu meminta penjual memotong sedikit bagian ujung singkongnya. Jika dipotong masih basah dan sangat mudah retak atau dipatahkan pertanda singkong masih baru.
  • Jangan ragu untuk mengupas atau cungkil kulit umbi singkong dengan kuku. Kulit yang kekuningan (mentega) atau kecoklatan atau kemerah-merahan umumnya lebih baik dari pada yang berwarna putih.

  • Patahkan sedikit ujungnya. Bila ada bagian yang membiru sebaiknya jangan dipilih. Noda biru atau hitam menandakan bahwa singkong telah lama disimpan. Singkong yang telah lama disimpan memang cenderung mengeluarkan noda biru atau hitam yang diakibatkan enzim poliphenolase yang bersifat racun.

  • Umumnya pedagang singkong akan menumpuk singkong yang dijajakannya. Nah kalau menemukan salah satu singgong tidak baik, lebih baik hindari memilih singkong pada tumpukan yang mana karena biasanya satu tumpukan singkong sifatnya sama. Satu bantat yang lain juga bantat.
  • Perhatikan tanah yang menempel di kulit umbi. Tanah yang masih liat, belum kering, menandakan singkong baru dicabut, dan paling ideal untuk diolah.
  • Cuci singkong di bawah air mengalir supaya bersih. Apabila belum diolah, rendam singkong terlebih dahulu agar warnanya tidak berubah.


Komentar