Melihat Acara Mandi Sungai Riam di Cemapaka

Nonton Karnaval di Panglima Batur Street Festival


Hari ini sepenggal jalan Panglima Batur terlihat berbeda. Separuh jalan di dekat bundaran Pinus ditutup. Di sana didirikan beberapa tenda serta sebuah panggung utama.

Tepat di depan panggung inilah para peserta karnaval akan memamerkan karyanya dihadapan tamu undangan. Keriaan ini adalah bagian dari perhelatan Panglima Batur Street Festival.

panglima batur street festival
Tempat Panglima Batur street festival diadakan

Saya mengetahui kegiatan itu lewat postingan seorang teman. Wah, langsung penasaran seperti apa karnavalnya. Apalagi acaranya diselenggarakan untuk memperingati hari ulang tahun Kota Banjarbaru ke 20 dan cuma berlangsung 2 hari, tanggal 6 dan 7 April 2019.

Makanya waktu jam menunjukkan pukul 15.00 Wita, saya bergegas menuju jalan Panglima Batur. Oh ya untuk informasi, sebenarnya ruas jalan ini cukup panjang. Dimulai dari pertigaan amaco hingga bundaran Pinus.

selamat datang di jalan panglima batur
Plang tanda selamat datang di jalan panglima batur

Tepat di jalan ini terdapat kantor Walikota serta lapangan Murjani. Bisa dibilang, jalan ini merupakan urat nadi utama Kota Banjarbaru, selain jalan Ahmad Yani yang merupakan jalan Provinsi.

Pusat Kuliner

Sehari-hari, jalan Panglima Batur selalu ramai. Di sepanjang jalan ini terdapat beberapa kantor dinas serta beberapa sekolah. Namun demikian, saya tidak pernah mengalami kemacetan. Biar ramai tapi masih lancar saja.

Melewati kantor pemerintahan, pemandangan seakan berganti dengan berbagai macam warung, café, dan restoran. Inilah bagian yang saya suka hahaha. Icip-icip dan makan-makan dong. 

kantor walikota banjarbaru
Kantor Walikota Banjarbaru (sumber tribunnews.com)

Makanan yang disajikan terbilang beragam lho. Dari masakan khas banjar sampai yang lagi digemari saat ini. Harga yang ditawarkan juga beragam, dari yang murah hingga menengah. 

Beberapa warung pernah saya sambangi. Jenis makanannya sih ringan-ringan saja, seperti bakso, batagor, soto ayam, roti, ayam tepung, dan gorengan. Nah, si penjual gorengan yang ada di dekat bundaran pinus ini terbilang hits loh. Selain rasanya, ukurannya cukup besar, makan satu saja pasti kenyang.

Sejak pagi hingga malam, jalan ini tidak pernah sepi pedagang. Mereka seperti bergantian berjualan untuk memberi pilihan bagi saya (dan mereka) yang suka jajan. 

Malioboronya Banjarbaru

Daya pikat yang ditawarkan jalan ini rupanya menarik perhatian Pemerintah Kota Banjarbaru. Kota ini memang seperti sedang bersolek. Ada saja tempat wisata yang dibuat. Paling baru adalah Menara pandang 33 di Kemuning, Banjarbaru.. 

Dari berita yang saya baca di Apahabar.com, sepenggal jalan Panglima Batur akan ditata agar bisa menarik wisatawan. Yah, semacam Jalan Malioboro di Yogyakarta.

paduan warna dari kantung plastik bekas
Paduan warna yang menarik dari kantung plastk bekas

Nantinya para wisatawan bisa mengabadikan dirinya di papan nama jalan, layaknya di pusat wisata Yogyakarta. Wah, terbayang seperti apa keseruannya. 

Jalan-jalan sambil melihat berbagai macam hasil kerajinan, lalu beristirahat sambil makan dan minum di café atau warung di sisi jalan. Pasti seru banget. Seketika saya jadi kangen Yogya hahaha.

Panglima Batur Street Festival

Untuk mendukung rencana tersebut, digagaslah kegiatan Panglima Batur Street Festival. Seperti yang saya ceritakan di atas, kegiatan ini baru pertama kali digelar dengan tujuan memajukan pariwisata di Kota Banjarbaru..

Bekas pembungkus detergen dirubah jadi gaun
Bekas pembungkus detergen berubah jadi gaun

Supaya bisa melihat jalannya karnaval dengan baik dan terlindung dari panas matahari, sengaja saya memilih berdiri di depan sebuah toko. Bersama beberapa ibu, kami menunggu peserta karnaval datang.
Bekas bungkus mi berubah jadi gaun
Bekas bungkus mi berubah jadi gaun


15 menit menunggu, suara sirene dari mobil pengawal rombongan karnaval mulai terdengar. Langsung deh siap-siap, cari posisi supaya bisa leluasa mengambil foto.

Mengusung tema recycle, hampir semua peserta menggunakan pakaian yang dibuat dari barang bekas. Kostum yang dibuat cukup heboh loh. 

Gaun merak ini dibuat dari limbah plastik bekas
Gaun merak ini terbuat dari limbah plastik bekas

Potongan plastik ditumpuk dan dijahit hingga menjadi gaun bak cinderela. Ada juga yang dibuat dari bungkus kopi, rinso, dan mi. 

kantung plastik bekas disulap jadi gaun cantik
Kantung plastik hijau disulap jadi gaun cantik


Modelnya macam-macam. Ada yang bertumpuk. Lainnya membuatnya seperti berumbai-rumbai.

Dari semua peserta, tampak salah seorang menggenakan pakaian berwarna perak. Terlihat spektakuler karena desain pakaiannya benar-benar keren. Dari jauh terlihat seperti burung merak yang berkilauan. 

penampilannya mencuri perhatian para penonton karnaval
Penampilannya mencuri perhatian para penonton


Saking bagusnya kreasi pakaian yang dikenakan para peserta, saya sampai tidak menyadari kalau gaun-gaun itu dibuat dari bahan bekas. Keren banget. 

Gaun peserta yang dibuat dari kantung plastik bekas
Gaun yang dibuat dari plastik bekas

Ada cerita lucu terjadi saat festival berlangsung. Sepatu salah seorang peserta tiba-tiba solnya lepas. Untung dia tidak menangis dan memilih menepi.

Sang Ibu yang mendampingi terlihat kebingungan. Supaya tetap bisa mengikuti karnaval, terpaksa sepatu diganti dengan sandal dulu. Yup, show must go on dek.

peserta karnaval menunggu sandal pengganti sepatu
Menunggu sandal pengganti sepatu


Menjelang pukul 17.00 Wita, karnaval berakhir. Acara sih masih berlangsung, tapi saya memilih pulang sebab dikejauhan mendung mulai menggelayut. Semoga Panglima Batur Street Festival bisa berlangsung setiap tahun dan semakin menarik wisatawan untuk datang ke Kota Banjarbaru.

Komentar