Ada Apa di Kota Serang?

Atraksi budaya di sumedang yang sayang dilewatkan



Berwisata ke Sumedang tidak melulu melihat keindahan alam dan menikmati kuliner legendaris. Kota dengan luas 155.871,98 ha ini menawarkan sejumlah atraksi wisata budaya yang sayang untuk dilewatkan. Wisata budaya merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Para wisatawan tak hanya melihat tapi juga bisa terlibat. Merasakan kegembiraan dan kebersamaan yang membuahkan cerita manis tak terlupakan.

Wisata budaya terbilang unik dan berbeda. Kegiatan atau atraksi yang disajikan diangkat dari kebiasaan masyarakat setempat dan dilakukan pada saat-saat tertentu. Artinya atraksi ini tidak dapat dilihat setiap saat. Namun percayalah, cerita dan keriaannya jauh lebih mengasyikan. Melihat masyarakat bergotong royong menyiapkan perhelatan, mengikuti ritual dengan penuh ketekunan, dan mengakhirinya dalam ucapan syukur akan mengayakan hati dan pengalaman. 

Berikut beberapa atraksi budaya di kota Sumedang yang berakar dari tradisi masyarakat yang sungguh sayang untuk dilewatkan. 

1. Seren taun

Perhelatan tahunan yang diadakan di desa wisata Rancakalong berasal dari tradisi yang dilakukan seusai memanen padi. Upacara seren taun dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur akan hasil padi yang diperoleh. 


Rangkaian kegiatan upacara Seren taun dimulai dengan mengambil air suci dari 7 mata air. Air yang tersimpan dalam wadah khusus selanjutnya dibawa ke tempat upacara bersama dengan hasil bumi berupa padi. Nantinya padi ini akan disimpan ke dalam lumbung atau leuit.

Setelah semua padi disimpan dalam lumbung, pemimpin adat akan memberi indung pare 9 induk yang sudah diberkati dan dianggap bertuah kepada pemimpin desa untuk ditanam. Air suci yang tadi diambil selanjutnya dicipratkan kepada semua peserta.

Rangkaian upacara Seren taun kemudian ditutup dengan bersama-sama menikmati nasi kuning. Kegembiraan dan sukacita terlihat jelas dari raut wajah semua peserta upacara. Ya, upacara ini bukan sekadar tontonan belaka, namun merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas rejeki dan nikmat yang diberikan.

2. Jentreng tarawangsa

Masih berkaitan dengan kegiatan upacara Seren taun, masyarakat Sumedang akan menggelar kesenian jentreng tarawangsa di desa wisata Rancakalong.


Kesenian ini dimainkan untuk menyambut datangnya para petani yang membawa hasil panen. Para seniman akan memainkan alat musik tarawangsa yang memiliki peran untuk mendatangkan Dewi Sri. Uniknya, tarawangsa dimainkan hanya diiringi oleh kacapi tanpa vokal.

Sebanyak 42 lagu dimainkan dalam 3 bagian. Bagian pertama disebut ngulungsurkeun, lalu nyumpingkeun, dan diakhiri dengan ngineupkeun. Para penari akan menari mengikuti irama yang dimainkan. Tarian akan disudahi setelah seluruh prosesi selesai dilakukan. 

3. Ngalaksa

Masih berkaitan dengan kegiatan memanen padi, masyarakat akan mengadakan tradisi ngalaksa setelah padi dibawa ke lumbung. Kegiatan memasak laksa dilakukan secara gotong royong.


Kata ngalaksan merupakan kata kerja berimbuhan "nga" yang mengambarkan proses pembuatan makanan laksa. Kegiatan ini berlangsung cukup lama, 7 hari 7 malam.

Diawali dengan kegiatan badanten untuk menentukan tempat dan waktu pelaksanaan tradisi ngalaksa. Setelah itu baru dilakukan mera atau pembagian tugas dan pembagian bibit padi. Dilanjutkan dengan meuseul atau menghaluskan beras sebelum disimpan. Baru setelah itu dilakukan meusal geulis yang berarti menumbuk beras kasar menjadi tepung. Kini tepung beras dapat diolah menjadi laksa atau ngalaksa.

Nantinya tepung beras akan diolah seperti membuat lontong. Tetapi daun pembungkusnya bukan daun pisang melainkan  daun congkok. Baru setelah itu laksa direbus ke dalam air yang sudah diberi daun combrang. Laksa yang telah matang akan dimakan bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus wujud dari kebersamaan masyarakat.

4. Kuda renggong

Kegembiraan juga mewarnai atraksi kesenian kuda renggong. Khususnya untuk seorang anak laki-laki yang akan disunat. Tepat di hari itu penampilan sang anak berubah bak seorang pangeran. Mengenakan pakaian berhias manik-manik serta sebuah mahkota.


Dengan gagah ia akan menunggang kuda renggong. Selanjutnya kuda renggong akan berjalan sesuai rute yang telah ditentukan.

Selama perjalanan, kuda renggong yang tampil menarik dengan hiasan warna-warni akan diiringi oleh para pemain musik. Mereka memainkan beragam lagu dengan menggunakan alat musik kendang, bedug, gong, kecrek, dan genjring.

Setibanya di tempat acara, kuda renggong akan menari mengikuti irama musik. Terkadang kuda renggok bersama pelatih akan menunjukkan kemampuannya bermain silat. Atraksi akan diakhiri dengan saweran yang sudah ditunggu oleh anak-anak.

Sumedang Puseur Budaya

Rangkaian atraksi budaya di atas telah menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Sumedang. Langkah ini ditempuh untuk menjaga dan melestarikan kegiatan budaya warisan para leluhur. Apalagi ditilik dari sisi sejarah, Sumedang merupakan pewaris terakhir peradaban Kerajaan Sunda Padjajaran.

Pemerintah Kabupaten Sumedang memang tidak setengah-setengah dalam merawat tradisi. Terutama sejak menasbihkan diri sebagai "Puseur budaya sunda" yang berarti masyarakat Sumedang memiliki tekad dan komimen kuat untuk melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan budaya sunda.

Usaha dan kerja keras yang dilakukan pemerintah daerah dan masyarakat membuahkan hasil. Data dari Kementrian Pariwisata menunjukkan adanya peningkatan jumlah wisatawan ke Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2014 tercatat 2.388 wisatawan mancanegara (wisman) dengan penerimaan devisa sebesar Rp 37.252.800.000. Sedangkan pada 2015, jumlah kunjungan wisman mencapai 2.865 dengan penerimaan devisa sebesar Rp 44.694.000.000.

Sementara nilai transaksi yang diperoleh dari  wisatawan lokal pada tahun 2014 mencapai Rp 141.261.000.000. Pada tahun 2015, jumlahnya meningkat hingga meraih nilai ekonomi mencapai Rp 169.514.000.000.

Bukan tidak mungkin nilai transaksi yang diperoleh dari sektor pariwisata akan bertambah, terutama dengan semakin dikenalnya rangkaian kegiatan atraksi wisata budaya di Sumedang. Namun demikian pemerintah Kabupaten Sumedang tetap harus ingat bahwa nilai yang dikembangkan dalam wisata budaya merupakan nilai tradisi yang berjalan bersama dengan wisata yang makin diminati oleh wisatawan dan penikmat wisata budaya.

---
Tulisan ini diikutkan dalam kegiatan writingthon jelajahi sumedang.

Referensi:
Www.garudacitizen.com
Www.kompas.com
Www.disparbud.jabarprov.go.id
Www.du.pnd.blogspot.com
Www.kemdikbud.go.id
Www.beritadunesia.com




Komentar