Ada Apa di Kota Serang?

Manisnya Pepaya Carica Pendorong Ekonomi Masyarakat Dieng

 

Manisnya pepaya carica pendorong ekonomi masyarakat Dieng. Kian meluas berkat pemasaran digital.


Kawasan dieng penghasil carica
Foto : genpi.com



Siang itu saya tengah asyik berselancar di internet. Bosan melihat berita dan media sosial, mulailah membuka situs belanja yang sudah dikenal akrab masyarakat.


Tidak sengaja saya melihat poster digital yang menawarkan manisan dari buah pepaya carica. Seketika ingatan seperti menarik kembali ke masa lalu.


Masa ketika saya masih bekerja sebagai reporter sebuah majalah memasak. Kala itu saya ditugaskan mencari makanan khas dari Wonosobo. 


Waktu itu, tahun 2005 an, belum ada google sebagai sarana bertanya. Saya sangat mengandalkan jaringan pertemanan dan masyarakat untuk mendapatkan informasi. 


Berbekal jawaban dari teman dan masyarakat saya mulai menelusuri jalan-jalan di Kota Wonosobo. Ada satu makanan yang sangat menarik dan benar-benar khas daerah Dieng dan Wonosobo. Mengapa disebut demikian, karena bahan baku utamanya berasal dari kawasan Dieng dan diproduksi di kota Wonosobo.


Makanan itu terbuat dari buah pepaya yang tumbuh di dataran Dieng. Masyarakat menyebutkan pepaya gunung atau pepaya karika yang berasal dari namanya carica. 


Dipandu seorang teman, saya berhasil mendatangi dan melihat langsung proses pembuatan manisan carica. Prosesnya masih sederhana. Kapasitasnya pun belum terlalu besar. Hanya memenuhi pasar di daerah Wonosobo dan sekitarnya. 


Tantangan datang saat saya ingin melihat langsung bentuk pohon dan buah carica. Saya harus naik ke kawasan Dieng yang berada di atas kota Wonosobo. Dengan mengendarai motor perjalanan dimulai.


Di awal perjalanan, jalanan masih tidak terlalu berkelok. Di kiri kanan jalan ditumbuhi pepohonan dan rumah penduduk. Semakin ke atas jalanan semakin menantang. Jalan semakin menanjak tanpa ada jalan mendatar. Kabut dan udara dingin pun mulai menemani.


Jaket yang saya kenakan seperti tidak berfungsi. Mau turun, kok sayang, sudah setengah perjalanan. Tidak ada jalan lain, maju terus hingga kawasan Dieng seraya menahan dingin.


Perjuangan itu seperti berakhir saat memasuki Dieng. Kabut perlahan menghilang. Sinar matahari mulai menghangatkan tangan yang hampir membeku. 


Perjalanan masih berlanjut setelah melewati kawasan Candi yang memesona, meski hati ingin singgah sejenak di sana tapi tugas harus selesai. Saya terus mengikuti jalur pipa gas alam dieng hingga ke daerah perkebunan.


Beberapa pohon pepaya carica berdiri tegak di tepi kebun. Meski belum pernah melihat wujud pohonnya, tetapi saya bisa mengenali dari bentuk pohon yang tidak jauh berbeda dengan pohon pepaya umumnya. 


Meski sama, ada perbedaan menyolok lho. Batang pohon carica memiliki cabang. Ukuran buahnya pun lebih kecil dan tumbuh seperti berdesakan saking rapatnya. Ah, saya gembira sekali karena misi terselesaikan dengan baik.



Mengenal carica, si pepaya gunung


Kembali ke masa kini, saya berusaha menggali kembali keistimewaan dan potensi ekonomi pepaya carica. 


Dari informasi yang saya dapat, kali ini dengan berselancar di dunia maya, ternyata pepaya carica hanya tumbuh di kawasan Dieng. Entah mengapa tanaman ini tidak dapat berbuah bila di tanam di luar kawasan Dieng.


Pohon pepaya carica dieng
Foto : wikipedia



Padahal pepaya gunung yang memiliki nama asli vasconcellea cundinamarcensis, berasal dari dataran tinggi Andes, Amerika Selatan. Tanaman ini tumbuh subur di dataran tinggi basah dengan ketinggian 1.500-3.000 meter diatas permukaan laut. Pepaya carica juga tumbuh di Bali dan disebut gedang memedi, namanya unik ya. 


Berbeda dengan pohon pepaya yang umum dijumpai, pepaya carica bisa tumbuh hingga 2 meter dan memiliki beberapa dahan. Ukuran buahnya sekepalan tangan. Meski telah berwarna kuning dan matang, daging buahnya keras dan rasanya agak asam namun harum. 


Meski tidak bisa dikonsumsi langsung, pepaya carica dapat menjadi komoditi andalan setelah diolah menjadi manisan dan sirup buah.


Kandungan gizi carica


Sambil memerhatikan foto pohon carica, saya bergumam betapa di ukuran buah yang kecil ini mengandung banyak manfaat bagi tubuh.


Lihat saja warnanya, cerahkan. Warna kuning pada buah selain menandakan tingkat kematangan juga menunjukkan kandungan vitamin C yang bermanfaat untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.


Kandungan gizi buah carica
Foto : wikipedia. 
Desain : canva



Pepaya yang dibawa dan ditanam oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda ini mengandung vitamin A, kalsium, gula, minyak atsiri yang sangat bermanfaat untuk tubuh.


Aneka olahan carica


Besarnya manfaat dan ketersediaan bahan baku mendorong masyarakat untuk membuat olahan makanan dari buah carica.


Saya ingat betul, dulu carica dibuat menjadi manisan dan dikemas dengan plastik. Proses pengerjaannya dilakukan secara sederhana dan dalam skala kecil. 


Hasil olahan ini lantas dijajakan di toko oleh-oleh yang ada di kota dan kawasan wisata Dieng.


Olahan manisan carica
Manisan carica (foto : yuasafood)



Tapi itu dulu, sekarang penjualannya sudah menjangkau kota-kota di luar pulau Jawa. Penjualan secara daring memungkinkan hal itu terjadi. Jarak seakan sirna. Siapa pun bisa menikmati carica dengan hanya menekan tombol klik di ponsel.


Dari data yang harian Jateng Pos, jumlah pengusaha olahan carica terus bertambah. Kini tercatat ada 328 umkm dari 8 umkm di tahun 2001. Mereka mampu mengolah 52 ton buah carica menjadi manisan, sirup, dan olahan lainnya setiap bulannya.


Wow, sungguh fantastis. Saya senang melihat pertumbuhan industri kecil pengolahan carica. Kehadiran mereka tentu memberi efek positif bagi kesejahteraan masyarakat dan daerah.


Membuat manisan carica


Besarnya potensi yang dimiliki dari buah berukuran kecil ini mendorong pemerintah setempat untuk terus melakukan pelatihan dan pengembangan usaha untuk umkm.


Proses pembuatan olahan carica semakin memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan.


Untuk membuat aneka olahan carica, para pengusaha diminta menerapkan standar kesehatan yang berlaku, seperti mencuci tangan, mengenakan topi, masker, dan sarung tangan.


Selanjutnya proses pembuatan dimulai dengan mengupas carica hingga bersih lalu direndam. Kemudian buah dibelah agar lebih mudah membuang bijinya. 


Buah lantas dipotong menjadi beberapa bagian dan direbus dalam air gula. Setelah masak, potongan buah carica ditiriskan kemudian dikemas. Manisan siap didistribusikan ke berbagai daerah.


Mendunia dengan pemasaran digital


Berkembangnya sistem pemasaran saat ini patut disyukuri. Area pemasaran produk olahan carica tidak hanya di sekitar kawasan wisata atau kota-kota terdekat seperti Kebumen, Yogyakarta, Bandung, namun bisa mencapai kota lain di Indonesia bahkan luar negeri.


Hal ini tentu mengembirakan karena pembeli, termasuk saya, bisa mendapatkan manisan carica dengan mudah. Ketika mendapatkannya, segala kenangan dan keingintahuan tentang Dieng, baik keindahan alam, cagar budaya, kebudayaan, adat istiadat langsung menyeruak.


Bukan tidak mungkin dari manisnya pepaya carica pendorong ekonomi masyarakat Dieng menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke kawasan Dieng. Seperti saya berharap suatu saat bisa menikmati manisan carica sambil duduk di pelataran candi Dieng seraya memandang keindahan alam Dieng Plateau.


Semoga keinginan ini bisa terwujud. Amin.



Sumber :

Jatengpos.co.id

Genpi.com

Yuasafood.com

Wikipedia


Komentar