pada tanggal
Travel
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Fugo hotel Banjarmasin (dok. Pribadi) |
Awal bulan September yang indah. Bersama angin malam, saya menikmati keindahan purnama di atas air.
Tidak jauh. Kali ini perjalanan saya hanya memakan waktu satu jam dari rumah. Tepatnya di Kota Banjarmasin. Di kota Seribu Sungai saya akan mengikuti kegiatan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII. Biasanya saya menyambangi Ibukota Jakarta untuk turut serta dalam berbagai bimbingan teknis. Umumnya bersinggungan dengan kegiatan menulis namun ada juga yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai penggiat budaya.
Sebenarnya aktivitas di Banjarmasin pun masih berkaitan dengan kebudayaan, nama agenda acaranya rapat koordinasi kebudayaan. Namun bukan ini yang akan saya jelaskan. Melainkan pengalaman menginap di Fugo Hotel Banjarmasin.
Ketika pertama kali dihubungi oleh BPK, saya sempat tercenung. Sungguh saya tidak tahu letak Fugo Hotel. Padahal saya beberapa kali wara-wiri ke Banjarmasin. Bahkan di pertengahan bulan Agustus sempat mengurusi Festival Pasar Terapung di Siring Km 0. Hanya ketika melakukan perjalanan, fokus saya ke jalan. Kalau naik motor sambil lihat kanan-kiri bahaya.
Bagian lobi luar hotel fugo (dok.pribadi) |
Ternyata setelah bertanya, letak tempat menginap tadi berada di Duta Mall Banjarmasin. Radar saya langsung menangkap dan yakin tidak akan tersesat. Walau masih kepikiran di mana letak lobinya. Tapi nanti bisa dicari dan pasti akan ditemukan.
Pada hari yang telah ditentukan, saya melaju menggunakan taksi online menuju tempat pertemuan. Perjalanan lancar tanpa gangguan kabut asap. Menyusuri Jalan Ahmad Yani hingga pintu gerbang pusat perbelanjaan besar di kota BJM.
Taksi yang saya tumpangi masuk dari pintu paling ujung. Melewati pemeriksaan lalu berputar dan berhenti di depan pintu masuk tamu hotel. Saya tiba. Sebelum menutup pintu kendaraan, tak lupa mengucapkan terima kasih.
Semula saya mengira akan memasuki lobi, ternyata ruang yang tidak terlalu besar itu hanya ruang sementara untuk tamu. Lobi berada di atas. Petugas membantu mengarahkan lift dan mengingatkan saya untuk turun melalui pintu yang berlawanan dengan pintu masuk lift.
Lobi luar hotel fugo (dok. Pribadi) |
Rupanya desain lift memang memiliki pintu masuk dan keluar yang berbeda. Saya ikuti arahan tersebut dan keluar dari pintu berbeda. Begitu pintu lift terbuka tampak lobi yang besar dan nyaman.
Hm, kursi-kursi empuk yang ditata apik di depan lift sungguh nyaman untuk diduduki. Begitu juga dengan sofa warna-warni yang berada tak jauh dari meja penerima tamu.
Tahan, jangan dulu membenamkan badan di kenyamanan sofa, sebaiknya bergegas melaporkan kedatangan ke panitia agar bisa mendapat kamar. Saya tidak mau merebahkan badan, hanya penasaran dengan jenis dan fasilitas kamarnya.
Urusan registrasi berlangsung cepat. Seorang panitia kemudian mengantar saya ke lantai 9, tempat kamar saya berada.
Sambil menuju kamar, kami bercakap-cakap. Rupanya nanti di kamar, saya tidak sendiri. Ada teman dari Kabupaten Tanah Laut yang sudah lebih dulu tiba.
Tepat di depan kamar 9019, kami berhenti. Pintu diketuk dan munculah teman sekamar saya.
Begitu pintu dibuka, seluruh bagian kamar terlihat. Ruangan yang besar dengan lemari penyimpanan pakaian berwarna putih, mini bar, meja, televisi, dan kamar mandi.
Sebuah bangku terletak di sudut, bersebelahan dengan lampu baca yang nyaman. Ruang yang lapang memungkinkan saya mengatur tempat sholat tanpa kesulitan.
Setelah menyapa teman sekamar, saya menuju tempat tidur yang berada di dekat jendela. Ransel saya letakkan di dekat meja kecil sementara tas berada di atas meja.
Begitu duduk di atas kasur, rasanya nyaman sekali. Dua buah bantal besar menyangga punggung sedangkan sebuah bantal kecil terbungkus sarung bantal sasirangan menahan kepala. Posisinya nyaman sekali. Tidak boleh tidur sebab acara akan dimulai 1 jam lagi.
Sebaiknya menyegarkan diri dulu sekaligus menghilangkan debu dan penat setelah sepagian mengurusi laporan pekerjaan.
Saya bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Ukuran ruang untuk membersihkan diri ini cukup luas. Tepat di depan pintu terletak wastafel dan kaca besar. Di kiri kanan wastafel terdapat toiletries seperti shower cap, sikat dan pasta gigi, cotton buds, dan sanitary bag serta hand wash.
Tempat tidur yang nyaman (dok. Pribadi) |
Kopi atau teh (dok.pribadi) |
Handuk terletak di rak tepat di atas toilet. Dua buah saja sesuai jumlah tamu yang menginap. Tentu saja hanya satu yang saya gunakan untuk mengeringkan diri setelah mandi dibawah pancuran. Air hangat sukses melepas penat yang menggelayut sejak siang.
Kini semua sudah rapi dan saya siap menuju ruang makan. Mengisi perut lebih dulu sebelum mengikuti acara pembukaan rapat koordinasi kebudayaan. Perut yang terisi, setidaknya menurut pemahaman saya, dapat menangkal masuk angin karena berdiam di ruangan ber-AC.
Dari kamar saya menuju lobi dengan menggunakan lift. Restoran tepat berada di depan lift sehingga tak perlu mencari. Sebelum masuk, sebaiknya melaporkan diri pada petugas untuk mengetahui tamu mana saja yang belum makan.
Omelet dan kentang (dok. Pribadi) |
Restoran yang bentuknya memanjang itu tidak terlalu ramai. Meja saji yang terdiri dari dua meja di kiri dan tengah ruangan tampak dipenuhi tempat-tempat berisi makanan. Sebenarnya ada deretan meja lain di sebelah kanan, namun malam ini tidak difungsikan.
Saya sengaja berkeliling sejenak, melihat makanan yang tersedia. Baru kemudian mengambil piring dan menyendok makanan sesuai kapasitas perut. Tak terlalu banyak namun cukup.
Piring berisi nasi dan lauk itu saya letakkan di meja dekat pembatas ruang yang terbuat dari kaca. Dengan begitu saya bisa melihat kolam renang. Sensasinya tentu sangat menyenangkan.
Tiba-tiba seorang staf restoran menghampiri. Dengan ramah menanyakan apakah saya menginginkan teh atau kopi. Sapaan ini mengejutkan saya sebab baru kali ini mendapatkan pelayanan demikian. Biasanya saya akan mengambil sendiri minuman yang diinginkan.
Waktu pembukaan rapat koordinasi kebudayaan semakin dekat. Saya menyudahi makan dan segera menuju ruang pertemuan. Hampir semua undangan sudah hadir. Meski demikian saya masih sempat menyapa teman-teman penggiat budaya dari Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala. Baru kemudian mengambil tempat di meja yang berada di tengah.
Malam itu pembukaan dimulai dengan tarian baksa kambang. Lima orang remaja menari dengan gemulai. Menggunakan pakaian berwarna kuning dengan sanggul cepol dan membawa wadah kecil berisi bunga.
Seremoni sederhana namun berkesan menjadi pintu masuk untuk kegiatan selanjutnya. Malam semakin menjelang dan bahasan mengenai kebudayaan mulai terjalin. Ketika semua tengah bergumul dengan materi, para staf hotel masuk dan menyajikan camilan serta kopi atau teh hangat. Ampuh mengusir kantuk yang mulai datang. Saya pun dapat bertahan hingga pembahasan selesai.
Meski kantuk mulai menyapa, saya enggan untuk segera merebahkan diri. Ingatan akan kolam berair biru dan beberapa pohon di samping restoran terekam kuat. Ada keinginan untuk duduk di sana dan menikmati malam.
Purnama di atas air (dok. Pribadi) |
Begitu seluruh acara selesai, saya memilih untuk tidak buru-buru meninggalkan ruangan. Berbincang sejenak baru pergi menuju tepi kolam.
Pada sebuah bangku putih yang terbuat dari anyaman, saya membenamkan diri. Sayup-sayup terdengar suara biduan menyanyi diiringi musik.
Sebuah paduan yang indah, memandang bulan purnama sambil mendengarkan musik indah. Sungguh malam yang menyenangkan dan membahagiakan.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.