|
Buah kapul |
Musim hujan masih belum berakhir, nggak heran kalau
cuaca suka nggak menentu. Kadang hujan turun selama beberapa hari. Udara jadi
dingin dan bikin mager banget. Nah, kalau sudah malas, matahari seperti tau dan
dia pun muncul. Yeayy, saatnya keluar dari hibernasi. Menjemur segala sesuatu
yang terasa lembab. Nggak lupa jalan-jalan melihat keramaian.
Nah, lagi asyik jalan-jalan di sore yang syahdu
merindu, tiba-tiba saya melihat sesuatu dipajang di antara tumpukan durian. Nggak banyak sih, hanya satu keranjang kecil. Warna
kulitnya cokelat. Ukurannya tidak terlalu besar tidak juga kecil. Semula saya
kira itu buah langsat atau duku yang mulai banyak membanjiri kota. Tapi kok
ragu ya.
Untuk membuktikan keraguan, saya sengaja putar balik
dan berjalan pelan-pelan di depan pedagang buah. Eh, benar. Buah itu bukan buah
langsat. Warna kulitnya lebih gelap dan ukurannya sedikit lebih besar. Aduh makin
penasaran saya. Biar nggak terbawa mimpi dimalam hari, mending segera sambangi
saja paman penjualnya.
Tanpa basa-basi, saya langsung bertanya nama buah yang
sudah membuat saya nggak tenang. Dengan tersenyum si paman menjelaskan kalau
buah yang saya maksud adalah buah kapul. Buah ini sangat jarang ditemui, belum
tentu setahun sekali dia menampakkan diri. Termasuk buah langka gitu. Pantas saja
saya baru melihatnya, berarti saya nggak salah karena sudah penasaran sangat.
Buah-buahan ini dijual dalam bentuk ikatan, seperti
rambutan saja. Dalam satu ikat jumlahnya tidak sama, begitu menurut pengamatan
kilat saya. Ukuran buahnya juga sengaja dibuat beragam. Ada yang besar dan
kecil. Tujuannya agar pembeli tidak pilih kasih, membeli buah berukuran besar
dan melupakan buah berukuran kecil. Saya juga suka gitu sih, hahaha. Namun
demikian mereka memiliki kesamaan, semuanya sudah berwarna kecokelatan
menandakan buah telah matang.
Entah karena sudah langganan atau kasihan melihat
saya begitu penasaran, dengan baik hati paman penjual membukakan sebuah buah
kapul untuk saya coba. Tidak perlu pakai pisau, cukup ditekan saja buah sudah
terbuka. Cara membuka seperti ini mengingatkan saya pada buah kecapi. Bedanya saya
perlu mencari pintu untuk membuat kecapi terbuka lebar sempurna.
Wah, ternyata bagian dalamnya mirip dengan manggis. Daging
buahnya berwarna putih bersih. Terlihat berair dan empuk. Tahan dulu liurnya
hahaha. Susunan buahnya serupa benar dengan manggis. Hanya kulit pelindungnya
lebih tebal dibanding buah manggis. Selain itu tidak ada kelopak yang
menandakan jumlah buahnya. So, nggak bisa main tebak-tebakan ya.
Langsung saja mencoba sebuah, ternyata manis. Ada rasa
sedikit asam juga. Paduan rasa ini membuat kapul terasa segar. Enak banget
dimakan saat udara gerah dan panas. Cara makannya diemut-emut gitu, kayak makan
kecapi dan manggis. Bijinya dibuang ya jangan ditelan. Menurut pedagangnya,
kapul merupakan salah satu buah khas Kalimantan yang mulai sulit dijumpai. Saya
bersyukur karena bisa mencicipi. Ya sudah, mari kita beli. Untuk 3 ikat buah
kapul saya hanya membayar Rp 10.000,- saja.
|
Buah kapul serupa buah manggis |
Nama alias
Puas menikmati kesegaran buah kapul, saya mulai
mencari informasi tambahan perihal buah asli Kalimantan. Ya ampun, ternyata
buah kapul memiliki banyak nama. Tak percaya, saya juga sempat tidak yakin,
namun ternyata demikianlah adanya. Si kapul dikenal juga sebagai tampui atau
tampoi. Kalau di Malaysia buah ini disebut merkeh
(Kelantan); ngeke, lara, rambai, tampoi batang, tampoi, tampui.
Sedangkan di Sumatera dikenal dengan tampui daun, tampui bulan, tampui benar,
tampoi saya. Sementara di daerah Bangka, penduduk menyebutnya medang, tampui. Kalaupun di
Kalimantan nama buah ini cukup beragam, ada yang menyebutnya Pasin; pegak
(Dayak Tunjung); puak, tampoi (Iban); setai (Kenyah); jentikan
(Kutai); tampoi (Kedayan); buah setei, empak kapur, kapul, terai.
Si Kapul ini selain memiliki beragam nama daerah, juga mempunyai nama asing
yaitu Greater tampoi.
Oh ya, kapul juga memiliki nama latin Baccaurea
macrocarpa. Karena sulit diucapkan, saya sebut kapul saja yang sudah mendunia
alias dikenal masyarakat luas. Buah yang biasa didapat dari hutan ini ternyata
termasuk ke dalam suku Phyllanthaceae. Ia juga masih berkerabat dengan menteng
dan rambai, namun ukuran kapul lebih besar dan kulitnya lebih tebal.
Antioksidan tinggi
Perihal keberadaannya yang sudah jarang tampil, tidak
lain karena masyarakat beranggapan buah ini tidak memiliki nilai ekonomis. What??
Apa benar begitu? Kalau iya sayang sekali ya karena buah kapul merupakan
kekayaan alam Indonesia. Ditambah lagi, buah kapul ternyata mempunyai kandungan
yang mantap punya.
Dari hasil penelitian diketahui kalau buah kapul mengandung
antioksidan yang tinggi. Ini perlu banget buat tubuh dong. Apalagi saat ini
polusi dan radikal bebas seperti mengepung dari segala arah. Kalau tubuh
dibiarkan tanpa perlindungan bukan tidak mungkin penyakit akan datang. Tameng
itu berasal dari antioksidan yang berasal dari dalam dan luar tubuh. Kalau dari
luar tubuh tentu berasal dari makanan, salah satunya dari kapul yang saya beli tadi.
Nantinya antioksidan akan bekerja dengan cara memberikan elektron pada molekul
radikal bebas sehingga menetralisir sifat buruk dari radikal bebas.
Nggak mau kalah sama buah, si kulit yang tebal dan
berwarna kecokelatan ternyata mengandung senyawa alkaloid, polifenol, dan
mengandung antibakteri. Semuanya baik untuk tubuh. Jadi sayang banget kalau
kapul sampai punah dan tidak lagi bisa dijumpai. Jadi menurut saya, sebaiknya
buah kapul kembali dibudidayakan. Sebagai bentuk dukungan, masyarakat sebaiknya
memperbanyak mengonsumsi buah-buahan lokal. Jenis dan rasanya sangat beragam
dan pasti memiliki kandungan vitamin yang baik untuk tubuh.
Buahnya langka tapi murmer banget, Mbak....Belum pernah makan, jadi penasaran pengen nyobain juga...
BalasHapusiya mbak, saya baru kali ini lihat padahal udah 4 tahun di sini. ternyata rasanya mirip sama manggis. manis gitu, enak.
HapusMemang kalimantan gudangnya buah, seandainya ada perhatian dari pemerintah untuk melestarikan buah2 yg hampir punah, tentu anak cucu masih bisa melihat hehe, kok isinya buah kapul kyak srikaya ya mbak, apa rasanya mirip ?
BalasHapusmudah-mudahan nanti ada program pelestarian buah-buahan lokal supaya anak cucu bisa mencicipinya. Buah kapul bentuknya seperti manggis mas. rasanya juga nggak beda jauh sama manggis hanya ukuran buahnya lebih kecil dari manggis.
Hapusbentuk nya seperti manggis ya! hmm, apakah di jawa ada yang jual ya? atau harus ke Kalimantan?
BalasHapusIya bentuknya kayak buah manggis mas Rahman. tapi warna dan ukurannya beda. rasanya di Jawa nggak ada karena buah lokal Kalimantan ini sudah susah didapat.
BalasHapusSaya baru tau mba buah kapul itu hehe. Boleh tau di Kalimantan mana? Yang sy tau cuma langsat mirip kelengkeng di Kalimantan Selatan dan timur suka banyak yg jual 😀
BalasHapussaya di kalimantan selatan mbak. langsat banyak juga. lagi musim buah lokal mbak. asyik nyoba buah-buahan lokal.
Hapus