Pengalaman Naik Pelita Air Service

Mind Feeding untuk menjaga kesehatan jiwa

mind feeding untuk kesehatan jiwa
Desain dibuat dengan Canva

Sebagai makhluk sosial, ketika harus berdiam di rumah dapat menimbulkan stres. Menjaga asupan pikiran yang baik dengan melakukan mind feeding bisa membantu mengurangi kadar stres dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

---

Dua bulan lebih di rumah benar-benar membuat saya seperti lupa hari. Jangan tanya soal tanggal, sudah pasti saya harus mengecek gadget untuk menjawabnya. Secara tidak sadar, saya hanya mengetahui perubahan waktu dari pergantian siang dan malam saja.

Meski hampir lupa dengan tanggal, saya bersyukur tidak lupa akan hari. Saya harus berterima kasih pada paman pengangkut sampah yang secara rutin, dua hari sekali, datang mengambil sampah. Otomatis saya tahu setiap hari selasa, kamis, dan sabtu harus mengeluarkan simpanan kalau tak mau rumah tak nyaman. Untunglah sebagian besar sampah rumah tangga merupakan sampah kering. Sampah basah sudah masuk ke dalam mesin pembuat pupuk.

Meski sudah sangat bosan, saya tetap menahan diri untuk berada di rumah. Bersyukur masih ada sedikit tanah di depan untuk menanam bunga dan tanaman lainnya. Setidaknya dengan melihat tanaman, saya bisa merasa lebih segar dan gembira. Kebetulan juga, beberapa tanaman anggrek tengah berbunga. Rasanya senang banget waktu memerhatikan satu per satu kuntum bunga anggrek mekar sempurna.

anggrek untuk mind feeding
Anggrek koleksi saya (foto: koleksi pribadi)


Tidak hanya tanaman, dapur juga jadi tempat pelarian dari rasa bosan. Lumayanlah bisa mencoba beberapa resep makanan. Meski tidak selalu berhasil, toh saya menikmati prosesnya. Rupanya, dua kegiatan tersebut masih belum cukup. Saya merasa perlu tambahan ilmu. Akhirnya mulai deh mencari kelas atau diskusi digital yang banyak ditawarkan di media daring.

Salah satu diskusi digital yang saya ikuti membahas soal kesehatan, khususnya kesehatan mental di saat pandemik. Diskusi ini diselenggarakan oleh Departemen Kajian Isu Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan PP Kagama. Ada empat narasumber yang dihadirkan yaitu Prof. Koentjoro Soeparno, Prof. Kwartarini Wahyu Y, Iskandar Hardjodimulyo, Mbak Nina Susilowati, dan  Yohana Domikus.

Diskusi Virtual

Sebenarnya saya bukan anggota Kagama tapi anggota komunitas Langsung Enak. Informasi mengenai kegiatan diskusi dari Mbak Nina Susilowati, penggagas grup Langsung Enak. Begitu mendapatkan info ini langsung tertarik ikutan sebab bahasannya pas banget sama saya.

Setelah mendaftar dan mendapat konfirmasi dari pihak penyelenggara, saya sengaja memasang pengingat agar tak lupa. Pada hari itu pun acara memasak sengaja dilakukan siang hari supaya tidak menganggu kegiatan diskusi.  

Diskusi yang berlangsung pukul 14.00 itu, dimulai oleh Prof. Koentjoro yang menyingung soal sumber bencana, yaitu bencana alam, bencana buatan manusia, dan bencana virus yang saat ini tengah terjadi. Hal ini tentu memengaruhi kebiasaan yang telah tertanam sejak lama. kebiasaan bertemu langsung, mau tak mau digantikan oleh pertemuan virtual.

Meski teknologi sangat-sangat memudahkan, namun tidak serta merta mampu mengusir stres yang timbul. Jujur, saya juga terkena stres.

Apa itu Stres

Lantas sebenarnya stres itu apa sih? Apa gejalanya?

Menurut situs kesehatan (Alodokter), stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau suatu perubahan. Stes juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau bersemangat.

Wuf, benar juga ya, pandemi ini benar-benar membuat suatu perubahan besar. Saya yang terbiasa aktif, mau tak mau harus berdiam diri di rumah. Kalau hanya dua atau tiga hari sih nggak apa-apa, tapi kalau sampai 2 bulan ya pusing juga.

wujud stres pada manusia


Kalau saya mengalami lupa tanggal, teman-teman bisa saja merasakan hal yang berbeda. Gejala stres bisa dibedakan menjadi:

1.      Gejala emosi dimana seseorang merasa cepat gusar, frustasi, bingung, merasa tidak berguna, hilang kendali, hingga tampak bingung, bahkan menghindari orang lain.

2.      Gejala fisik juga muncul seperti merasa lemas, pusing, sakit kepala, gangguan pencernaan, nyeri otot, sering batuk pilek, gangguan tidur, sampai gangguan menstruasi.

3.      Gejala kognitif seperti sering lupa, sulit berkonsentrasi, pesimis, hingga memiliki pandangan yang negatif.

4.      Gejala perilaku yang timbul antara lain tidak mau makan, menghindari tanggung jawab, gugup, sampai mengonsumsi alkohol secara berlebihan

Pernah selama beberapa hari, saya benar-benar tidak melakukan apa-apa. Kegiatan bersih-bersih pun minimal banget. Cuma nyapu saja biar enak rebahan di lantai. Rasanya tuh sudah mau jalan-jalan, makan, dan kumpul sama teman-teman.

Hingga suatu waktu, saya pergi keluar rumah pakai motor. Sengaja perginya pagi, ketika jalanan masih belum ramai. Waktu itu cuma motoran sejauh 3 km saja, lalu pulang tanpa mampir di pasar. Efeknya, saya merasa lebih baik. Meski sesampainya di rumah, motor langsung disemprot desinfektan, mandi, keramas, dan cuci baju hehehe.

Menurut Prof. Kwartarini Wahyu Y, perubahan perilaku yang saya alami tadi merupakan salah satu wujud stres. Kalau dibiarkan begitu saja bisa menurunkan imunitas tubuh. Wah, tentu harus dihindari karena saat ini imunitas tubuh penting untuk mencegah penurunan kesehatan.

Imunitas Tubuh

Tentu saja saya nggak mau imunitas tubuh turun. Apalagi menjelang hari raya, kalau saya sakit nanti nggak ada yang masak. Duh, pikirannya emak-emak banget ya.

Agar imunitas tubuh meningkat, maka kadar serotonin harus digenjot. Serotonin itu merupakan senyawa kimiawi tubuh yang dapat bertindak sebagai neurotransmitter sekaligus hormon. Zat ini berperan untuk mengendalikan emosi dan suasana hati. Kekurangan serotonin bisa mengakibatkan rasa gelisah, cemas, hingga depresi. Beneran deh saya nggak mau tingkat serotonin menurun. Seyem.

Mind Feeding

Menurut Prof. Bo, sapaan akrab Prof. Kwartarini, upaya menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh bisa dilakukan dengan cara mind feeding. Jika diterjemahkan secara bebas, mind feeding memiliki arti memberi makan pikiran. Memberi makan pikiran tentu saja nggak sama dengan memberi makan perut yang lapar.

Mind feeding dapat dilakukan melalui semua panca indera yang kita miliki. Rupanya kebiasaan saya melihat tanaman merupakan salah satu mind feeding dengan memanfaatkan indra penglihatan. Pantas saja rasanya kok segar dan gembira setiap kali melihat daun dan bunga-bunga.

Untuk indra penciuman, tentu dengan menghirup atau mencium wewangian yang bisa menimbulkan rasa gembira. Mencium bau tanah yang baru tersiram air hujan saja bisa membuat saya membayangkan suasana pedesaan. Apalagi bau harum masakan, sudah langsung terasa lezatnya dan bikin lapar.

Sensasi bahagia juga bisa didatangkan dengan cara mendengar musik atau suara dari anggota keluarga, teman, dan sahabat. Stt, sebaiknya obrolannya yang positif ya.

Indera perasa tentu dengan mencecap makanan dan minuman yang baik dan sehat. sementara untuk indera peraba dapat digunakan untuk memegang atau meraba binatang peliharaan. Mengelus bulu kucing ternyata menyenangkan loh, rasanya halus dan lembut. Apalagi melihat tingkah laku hewan peliharaan, sudah pasti menghibur banget.

Wow, ternyata menjaga kewarasan tidak sesulit yang saya bayangkan. Teman-teman pasti bisa mempraktekkannya. Dengan menjaga pikiran agar terhindar dari berbagai hal negatif tentu akan meningkatkan sistem imunitas tubuh. Tujuannya agar tetap sehat dan bisa menjalankan aktivitas lagi dengan tata cara yang baru. Stay health.

Komentar