Melihat Acara Mandi Sungai Riam di Cemapaka

Besan Perekat Keluarga Yang Hampir Punah

Masakan betawi oleh aksara pangan
Kelir Betawi oleh Aksara Pangan

Kabar tentang pelarangan mudik, tahun ini membuat saya bersedih. Artinya tak bisa bersua dengan keluarga besar di Pulau Jawa. 

Mau menanggis rasanya, namun air mata tidak akan mampu mengubah keadaan toh. Sayang juga membiarkannya tumpah berderai begitu saja.

Jalan lain ya mengatur hati dan menerima keadaan. Menikmati, lagi, lebaran di tanah seberang. Melihat lagi budaya yang ada serta mempererat persaudaraan dengan tetangga sesama perantau.

Soto Betawi pengobat rindu

Walau sudah berusaha menerima keadaan. Namanya rindu ya susah buat ditepis. Sebisa mungkin menuntaskan dengan berbagai cara. Makan masakan daerah bisa jadi solusi.

Inilah yang saya lakukan dengan mencari makanan Jakarta, soto betawi. Sebenarnya kampung halaman saya bukan Jakarta, tapi Jakarta coret. Namun, masakan ini sudah kadung melekat di indera pencecap. Ini masakan yang bisa membuat saya nyaman.

Kebetulan tidak banyak penjual soto betawi di Kota Banjarbaru sehingga tidak perlu bersusah payah mencarinya. Ada dua tempat yang menjual masakan berbahan daging sapi ini. Namanya di perantauan tentu rasa masakan tak seotentik masakan di tempat asli. Namun cukuplah mengobati hati ini.

Dari dua tempat penjual soto betawi, rasa soto yang mendekati masakan Jakarta menurut saya ada di samping kantor pos di Jl. Ahmad Yani. 

Kuahnya tidak terlalu keruh. Potongan daging sapinya pun cukup besar. Ada jejak susu yang tertinggal. Bumbunya samar saja, tak sekuat biasanya. Mungkin menyesuaikan dengan lidah masyarakat.

Harga per porsinya lumayan mahal, sebab mencapai Rp 35.000. Jauh di atas harga seporsi soto lain macam soto lamongan atau soto banjar. Ah, tapi saya tak adil, pembandingnya berbeda karena kedua soto lain menggunakan ayam sebagai sumber hewaninya.

Masakan Betawi Yang Hampir Punah

Bicara soal kerinduan akan kampung halaman dan petualangan saya mencari masakan Betawi, rupanya diketahui teman-teman. Seorang teman langsung menghubungi saya buat ikut webinar Aksara Pangan bekerja sama Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, dan Lembaga Kebudayaan Betawi. Acara ini mengupas soal masakan khas Ibukota. Tentu saja saya sambut dengan gembira.

Dalam webinar yang menghadirkan Bapak Yahya Andi Saputra dari Lembaga Kebudayaan Betawi, Ibu Cucu Sulaicha dan Ibu Maharani dari Dewan Pakar Persatuan Wanita Betawi.

Webinar tersebut mengupas ragam masakan Betawi yang hampir punah tergerus waktu. S Aduh waktu mendengar penjelasan para narasumber, rasa sedih langsung mendera.

Penyebabnya ada 3 jenis masakan dikabarkan hampir hilang dari peredaran, yaitu bubur ase, sayur godog, dan sayur besan. 

Kisah si bubur ase ini disampaikan dengan menarik oleh Ibu Maharani. Bubur ini hanya ada di Jakarta Pusat. Hm, saya jadi bernostalgia karena pernah mencicipinya sekali. Kalau tak salah penjualnya ada di kawasan Kemayoran. Maafkan jika salah sebab hanya mengandalkan ingatan.

Masakan ini meski bernama bubur rasanya segar. Tampilannya unik berkat kuah coklat encer serta sayuran segar. Rasanya manis, asin, dan asam karena ada jejak asam serupa asinan. 

Rupanya bubur ase ini merupakan makanan penyela agar tak lapar. Waktu untuk menikmatinya bisa kapan saja, malam pun tak apa.

Sayur Godog Perekat Kerinduan

Menjelang lebaran yang semakin dekat, tak salah kalau menyingung masakan khas hari raya. Jakarta mempunyai satu masakan khusus hari raya yaitu sayur godog.

Sayur ini dimasak dengan kacang panjang dan santan. Ada warna merah dari cabai yang dihaluskan. Rasanya gurih. 

Karena hanya disajikan saat hari raya, pasti tidak bisa mendapatkannya di hari biasa. Menurut Ibu Cucu meski ada yang mengatakan kalau lontong sayur adalah sajian khas lebaran. Tapi ternyata berbeda. Lontong sayur lebih mengarah ke menu harian untuk sarapan. Sayur khas untuk lebaran adalah sayur godog.

Terubuk Untuk Sayur Besan

Masih berkaitan dengan kemeriahan sebuah perayaan dengan masakannya yang lain. Kali ini Bu Cucu mengupas sayur besan yang tidak hanya untuk besan.

Sayur besan memang dibuat untuk besan atau orangtua dari menantu. Meski namanya sayur besan namun bisa dinikmati oleh orang lain. Sayur ini dibuat sebagai ungkapan kegembiraan karena seseorang atau keluarga datang berkunjung.

Sayur ini istimewa karena dibuat menggunakan bunga terubuk yang kini sulit ditemukan. Rasanya gurih berkat santan.

Uniknya sayur besan didapati justru di luar kota Jakarta, tepatnya di kawasan Parung. Jadi kalau ingin menikmati mau tak mau melipir dulu ke sana.

Ah, andaikan nanti saya bisa mudik, haruslah mencicipi kelezatan sajian khas Betawi bersama keluarga. Tentu sangat menyenangkan melakukan petualangan kuliner sembari merekatkan ikatan rindu.

Webinar yang berlangsung 90 menit sungguh menambah pengetahuan saya tentang kuliner Betawi. Sekaligus mengobati rindu yang terpendam.

Komentar