Pengalaman Naik Pelita Air Service

Memutus Tebu Menemui Pujaan Hati. Pernikahan Adat Dayak Ngaju

Lawang sakepeng
Lawang Sakepeng 


Tak mudah menemui pujaan hati meski janji telah terucap. Buktikan dulu dengan memutus tebu. Demikian adat lawang sakepeng menjelang pernikahan adat dayak Ngaju.

Tengah hari dan sedikit mendung waktu saya tiba di gerbang sebuah komplek perumahan. Berhenti sejenak untuk memastikan peta yang diberikan. Sudah benar. Tinggal masuk ke dalam lalu belok kanan dan kiri.

Tepat ketika motor akan bergerak, sebuah mobil melintas. Ada kain panjang diikatkan di bagian depan, tanda bahwa mobil ini berisi rombongan pengantin atau hajatan.

Langsung saya mengekor. Rombongan kecil yang terdiri dari dua mobil dan dua motor melewati jalan komplek yang berbatu.

Tak lama kami tiba di rumah calon pengantin perempuan. Ada lawang sakepeng di muka tenda. Lawang sakepeng merupakan pintu yang terbuat dari bambu berhias janur di bagian atas. Beberapa kembang kertas disematkan di antara daun janur yang menjuntai.

Di bawahnya sebatang tebu yang ditutupi kain panjang dibentangkan. Tebu ini menjadi penghalang bagi calon pengantin pria.

Gong pertanda bahagia

Rombongan pengantin pria mulai bersiap. Beberapa membawa bawaan yang tersimpan di dalam kotak mika tembus pandang. Calon pengantin pria yang berada di depan barisan terlihat merapihkan lahung dan kain merah yang melilit pinggulnya. Di apit kedua orangtuanya, mereka menunggu aba-aba dari keluarga calon pengantin perempuan.

Keluarga pengantin perempuan di belakang lawang sakepeng
Keluarga calon pengantin perempuan di belakang lawang sakepeng


Tak lama terdengar suara gong ditabuh. Suaranya yang keras menjadi tanda bahwa keluarga calon pengantin perempuan sudah siap. Perlahan-lahan calon mempelai pria dan keluarganya berjalan menuju lawang sakepeng.

Wajah calon pengantin pria terlihat tegang. Matanya menatap tajam ke depan. Bibirnya terkatup rapat. Dia bersiap menghadapi tantangan untuk menemui kekasih hatinya.

Salam pembuka di ucapkan keluarga calon pengantin perempuan. Disambut oleh keluarga calon pengantin pria yang mengutarakan maksud kedatangannya.

Dengan gembira keluarga calon pengantin perempuan menerima, namun calon pengantin pria harus membuktikan kesungguhan niat dan hatinya dengan membuka lawang sakepeng sesuai tradisi adat dayak ngaju.

Dengan tegas sang calon pengantin pria menjawab bahwa ia siap membuka lawang sakepeng. Senyum terkembang dari wajah semua yang ada di sana. Prosesi membuka lawang sakepeng akan dilakukan.

Minyak goreng dan tepung beras

Calon pengantin pria beserta kedua orangtua, dan orangtua calon pengantin perempuan serta seorang pemantir, pemimpin acara adat dayak ngaju, berdiri mendekat ke lawang sakepeng. Kemudian salah satu tangan dari setiap orang memegang batang bambu yang terlihat mengilap.

Minyak dan tepung
Pemberian minyak dan tepung beras sebagai tanda penyambutan.


Tiba-tiba, salah satu keluarga calon pengantin perempuan menjulurkan tangan yang memegang botol minyak. Sedikit minyak goreng ditumpahkan ke atas kepala calon pengantin pria dan kedua orangtuanya.

Sekejap kemudian, wajah mereka ditoreh dengan tepung beras. Taburan tepung ini tak boleh dihapus. Tradisi pemberian minyak dan tepung beras ini dalam adat dayak ngaju menandakan penerimaan dan sukacita dari keluarga calon pengantin perempuan.

Membuka kain.

Meski lawang sakepeng ukurannya hanya 1,5 meter, namun perlu upaya untuk membukanya. Prosesinya dimulai dengan membuka kain penutup batang tebu.

Melipat kain di lawang sakepeng
Melipat kain penutup tebu di lawang sakepeng


Dipandu pemantir, kedua orangtua calon pengantin pria melipat kain dari ujung yang berlawanan menuju ke tengah. Setelah itu barulah kain di angkat dan disimpan oleh keluarga calon pengantin perempuan. Tebu berwarna ungu terpampang di depan mata.

Memutus tebu

Batang tanaman pembuat gula itu terlihat mengilap karena dilumuri minyak goreng. Kembali pemantir menanyakan kesiapan dan kesungguhan calon pengantin pria untuk menemui calon pengantin perempuan.

Dengan sedikit bergetar calon pengantin pria menjawab kesungguhan hatinya. Dia juga harus membuktikan kesungguhannya dengan memutus tebu.

Memutus tebu lawang sakepeng
Mengigit untuk memutus tebu 


Tanpa aba-aba, calon pengantin pria langsung memegang batang tebu dan mengigitnya. Semua terkejut melihat reaksinya namun tersenyum gembira.

Sedikit demi sedikit batang tebu itu terkoyak. Tidak mudah memutusnya dengan cara seperti itu, namun harus dilakukan.

Calon pengantin pria seperti tak mau berhenti. Tekadnya kuat. Namun tiba-tiba, selembar daun kelapa kecil ditaruh di atas bekas gigitan. Mau tak mau prosesi memutus tebu terhenti.

Semua kaget. Apa yang terjadi?

Rupanya salah satu keluarga calon pengantin perempuan kembali menanyakan sesuatu kepada calon pengantin pria. Ia menanyakan persyaratan yang dibawa berupa air dan kembang pinang. Keluarga calon pengantin pria menjawab bahwa persyaratan itu telah mereka bawa. Sambil tersenyum puas, batang daun janur ditarik. Calon pengantin pria kembali melanjutkan mengigit tebu hingga putus.

Jangan putus asa

Ketika batang tebu itu putus, pemantir meminta kedua orangtua calon pengantin pria menyisihkannya ke kanan dan kiri lawang sakepeng.

Memasuki lawang sakepeng
Berhasil melewati lawang sakepeng


Sebelum menyilakan masuk, pemantir menjelaskan arti yang terkandung dalam tradisi membuka lawang sakepeng dayak ngaju, terutama memutus tebu memiliki arti bahwa kehidupan itu keras seperti tebu namun jika terus berusaha mencari jalan keluarnya maka kehidupan akan terasa manis.

Mendengar penjelasan tersebut saya menyadari bahwa dalam setiap ritual adat yang diwariskan oleh nenek moyang memiliki arti dan makna yang dalam. Bahwa kehidupan memang memiliki banyak cerita dan warna, ketika berada di cerita menantang jangan berhenti berusaha agar bisa meraih manisnya perjuangan. Sebuah petuah yang akan diingat oleh calon pengantin pria dalam menjalani kehidupan barunya.

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.