Pengalaman Naik Pelita Air Service

Menyusuri Murjani Heritage di Kota Banjarbaru

 

Reruntuhan Bunker Jepang (foto: pribadi)

Libur lebaran kali ini tidak ada salahnya untuk menyusuri Murjani Heritage di Kota Banjarbaru. Mungkin tak banyak yang menyadari kalau alun-alun kota ini dipagari oleh bangunan tua yang sarat sejarah. Jejak peninggalan yang masih terjaga ini patut dipertahankan agar tidak musnah.

24 April Kota Banjarbaru genap berusia 24 tahun. Usia yang baru menapaki masa dewasa. Ibaratnya manusia, ia tengah bersiap mengembangkan diri baik dalam bidang karir atau kehidupan lainnya. Begitu juga dengan Kota Banjarbaru yang tengah mengembangkan diri untuk menjadi kota yang lebih modern.

Di usianya sekarang pembangunan perkantoran dan industri di kota ini belum terlalu masif. Namun permbangunan jalan dan perumahan seperti adu cepat. Jalan-jalan di pelosok terlihat tertutupi aspal hitam. Jalan yang mulus tentu memudahkan masyarakat menjalani aktivitas.

Sebagai seorang pendatang, saya merasakan cepatnya perubahan di kota yang berbatasan dengan Kota Martapura, Kabupaten Banjar. Pembangunan komplek perumahan di daerah Liang Anggang, Cempaka, dan Banjarbaru Utara seperti berkejaran. Para pengembang mengadopsi sistem klaster yang tidak memerlukan lahan yang luas.

Ada rasa senang, sekaligus kuatir pembangunan akan mengubah wajah kota ini. Kota Banjarbaru merupakan kota yang istimewa karena sejak awal pembangunannya sudah dirancang. Ada sisi kota untuk perumahan, sisi lain untuk industri, dan ada sisi untuk kantor pemerintah. Bagian terakhir ini ditandai dengan berdirinya bangunan atau kantor pemerintah setempat.

Sejarah Kota Banjarbaru

Dari buku “Banjarbaru” yang ditulis Drs. Ersis Warmansyah Abbas, saya mengetahui sejarah berdirinya Kota Banjarbaru. Dulu dr. Murjani, Gubernur Kalimantan merasa prihatin karena Kota Banjarmasin kerap tergenang air. Dari situ tercetus ide untuk memindahkan ibukota provinsi ke tempat yang baru.

Daerah yang menjadi kandidat adalah kawasan Gunung Apam. Areanya cukup tinggi dan tanahnya padat. dr. Murjani kemudian menunjuk D.A.W. Van Der Pijl yang kala itu menjabat sebagai Kepala Pekerjaan Umum bagian Bangunan Kalimantan untuk merancang sebuah kota. Untuk memudahkan penulisan peta kota, ditulislah nama Banjar Baru yang akhirnya menjadi nama kota hingga saat ini.

Pembangunan dimulai tahun 1953 dengan membangun gedung perkantoran di tepi jalan Ahmad Yani. Kemudian dibangun sebuah gedung untuk kantor Gubernur di depan alun-alun kota. Disusul oleh gedung lain yang posisinya seperti mengapit gedung utama. Alun-alun ini sekarang dikenal sebagai lapangan Murjani. Informasi seputar perkembangan kota Banjarbaru juga saya peroleh dari berselancar di dunia maya. Kehadiran IndiHome dari Telkom Indonesia sebagai InternetInternet Provider memperlancar pencarian informasi.

Murjani Heritage.

Meski secara administratif penetapan Kota Banjarbaru berlangsung tahun 1975, namun bangunan yang ada di sekitar lapangan Murjani dibangun tahun 1953. Hingga kini masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagai kantor dinas dan lembaga lainnya.

Keberadaan gedung-gedung tua yang masih terawat dengan baik membuat kawasan Murjani memiliki nilai sejarah. Saya menyebutnya sebagai Murjani Heritage. Setidaknya ada sembilan gedung yang terdiri dari 5 gedung tua dan sisanya gedung baru. Penyusuran saya untuk mengetahui apa saja bangunan tua yang ada di kawasan Murjani dimulai dari ujung jalan Pangeran Antasari.

Kantor Disporabudpar

Dari kejauhan bangunan beratap tinggi ini terlihat menarik. Tembok depannya dipenuhi oleh mural yang menggambarkan lingkup tugas dinas yang berkantor di sana. Bangunan dengan panjang 36 meter mengadaptasi bangunan rumah tradisional banjar yaitu bubungan tinggi. Terlihat dari bentuk atapnya yang mengerucut ke atas.

Mengadaptasi Rumah Tradisional Banjar (foto: pribadi)


Jendela-jendela besar khas rumah tua tampak masih terawat. Begitu juga dengan pintu depannya. Uniknya pada bagian dalam, tepat di samping pintu masuk terdapat sebuah plakat peletakan batu pertama. Tertulis tanggal 23 Mei 1956 oleh Menteri J.M IR. Pangeran Muhammad Noor dan peletakan batu terakhir pada 25 Mei 1957 oleh Gubernur Sjarkawi.

Layaknya bangunan tua yang dibangun pada masa kolonial, tembok kantor memiliki ukuran cukup tebal. Ada pula pilar besar penyangga atap depan. Karena mengadaptasi rumah tradisional banjar maka pilarnya tidak terlalu tinggi.

Kantor BKD Provinsi Kalsel

Tepat di sebelah Kantor Disporabudpar berdiri bangunan tua yang difungsikan sebagai kantor Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Bentuknya hampir mirip dengan Kantor Disporabudpar, sama-sama mengandaptasi rumah tradisional Banjar.

Bentuk atap rumah tradisional Banjar (foto: pribadi)


Jika dilihat sekilas, kedua bangunan seperti kembar. Masa pembangunannya juga sama, peletakan batu pertama dilakukan oleh Menteri J.M IR. Pangeran Muhammad Noor pada 23 Mei 1956 dan peletakan batu terakhir oleh Gubernur Sjarkawi pada 25 Mei 1957.

Tetapi ketika diperhatikan lebih seksama, ternyata ada perbedaannya. Susunan pintu dan jendela gedung BKD lebih rapat, tidak menyebar.  

Kantor Satpol PP

Sekitar 50 meter dari kantor BKD terlihat sebuah bangunan tua dengan gaya yang berbeda. Fasad depannya terlihat seperti ditopang oleh tiang-tiang tinggi yang mengapit jendela besar. Atapnya menjulang tinggi tanpa ada perbedaan ketinggian.

Jendela besar untuk memudahkan angin masuk (foto: pribadi)


Desain dan konsepnya menggambarkan langgam bangunan yang dibangun pada masa kolonial. Sentuhan garis-garis tegas memberikan sentuhan modern.

Kantor Pos

Menyeberang ke sisi lain lapangan Murjani ada sebuah gedung tua yang masih terawat dengan baik. Dahulu, gedung ini berfungsi sebagai kantor pos yang melayani masyarakat untuk berkirim kabar dan barang. Sekarang menjadi kantor biasa milik PT. Pos Indonesia.

Kantor Pos di ujung lapangan Murjani (foto: pribadi)


Berdiri di depan gedung bergaya kolonial ini, saya membayangkan aktivitas masyarakat dahulu. Warga datang untuk mengirimkan surat, uang, dan barang kepada keluarga dan handai taulan. Ada yang berjalan kaki atau menaiki sepeda. Geliatnya tentu sangat dinamis. Namun kini tidak lagi sebab aktivitas tersebut telah dipindahkan ke gedung lain yang ada di jalan Panglima Batur.

Kantor Walikota Banjarbaru

Ini dia gedung utama yang ada di Kota Banjarbaru, Kantor Walikota Banjarbaru. Bangunan bercat putih ini memiliki panjang 107 meter. Di desain dengan bentuk geometris sehingga sisi kiri dan kanannya terlihat sama.

Gedung Balaikota menjadi pusat pemerintahan Kota Banjarbaru (foto: pribadi)


Masih menganut langgam kolonial yang terlihat dari garis-garis tegas di bagian depan. Serta jendela-jendela besar yang berada di lantai 1 dan 2. Untuk memperkuat struktur bangunan, dinding gedung sengaja menggunakan dua buah batu bata.

Gedung ini memiliki tanda dimulainya pembangunan berupa sebuah plakat. Di sana tertera tanggal 31 Maret 1956 merupakan hari diletakkannya batu pertama yang dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Selatan, Milono.

Jejak Sejarah Yang Tersebar

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa pembangunan kota di awali dengan membuat sebuah desain. Dalam desainnya, Van Der Pijl membagi pembangunan kota menjadi beberapa wilayah, khusus kawasan pemukiman bangunan rumah setiap kawasan berbeda ukuran dan bentuknya.

Untuk memudahkan, setiap wilayah diberi nama berbeda. Kawasan Banjarbaru 1 menggunakan nama bunga, Banjarbaru II memakai nama rempah, pada Banjarbaru III disematkan nama pohon, dan Banjarbaru IV dengan nama burung.

Saat ini beberapa rumah tua masih berdiri kokoh. Namun tidak sedikit rumah yang dipugar. Ada juga yang beralih fungsi dari rumah tinggal menjadi café atau resto.

Duduk di salah satu café sembari menikmati minuman dan mengkhayal masa lalu tentu mengasyikan. Atau sekadar melepas lelah setelah berkeliling melihat cagar budaya yang ada di Kota Banjarbaru. Tak mau di Cafe bisa juga duduk di bangku yang ada di tepi lapangan sembari menyeruput minuman.



Konten Lancar Berkat IndiHome

Puas mendokumentasikan Murjani Heritage, tentu sayang kalau foto dan video hanya dinikmati sendiri. Saatnya mengolah konten untuk berbagi informasi.

Satu per satu foto dan video digabungkan dengan memanfaatkan aplikasi. Prosesnya tidak memakan waktu karena memakai IndiHome dari Telkom Indonesia. Internet Provider ini memang sahabat karib para pembuat konten.



Tidak heran kalau IndiHome menjadi pilihan teratas dalam penyediaan jaringan internet. Jaringannya stabil dan ada beragam paket yang bisa dipilih. Dari paket 30Mbps yang dilengkapi dengan Netflix 2PHSI streaming sampai paket 50 Mbps dengan new IndiHome Netflix 3PHSI Streaming.

Tak hanya itu, Telkom Indonesia menghadirkan aplikasi MyIndiHome untuk memudahkan calon pelanggan dan pelanggan. Melalui aplikasi ini pelanggan bisa melakukan registrasi berlangganan dari mana saja dan kapan saja. Progres pemasangan juga bisa diketahui dengan gampang.

Mau layanan tambahan juga bisa. Nanti tinggal memilih jenis layanan yang diinginkan, mulai dari layanan internet, TV, telepon, hingga layanan lainnya. Begitu juga dengan pembayaran yang dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja dengan LinkAja, kartu kredit atau Saldo di myIndiHome.

IndiHome dari Telkom Indonesia memang hadir untuk kita semua.

 

Sumber:

Banjarbaru. Drs. Ersis Warmansyah Abbas, BA, M.Pd. Lembaga Pengkajian Kebudayaan dan Pembangunan Kalimantan. Banjarbaru. 2002

www.kompas.com

Www.indihome.co.id


#internetnyaindonesia

#aktivitastanpabatas

#berkontenriabersamaindhome

#lombablogindihome

Komentar