Dari Stasiun Ke Stasiun Bareng Kupu-Kupu Fort De Kock

 

kupu-kupu fort de kock
Karya Maya GF Lestari.


 

Dua jam, mungkin kurang sedikit, waktu tempuh KRL dari stasiun Rangkasbitung ke stasiun Tanah Abang. Saat yang tepat untuk bercengkrama dengan Kupu-kupu Frot De Kock.

Waktu adalah sesuatu yang tidak bisa diulang. Apa saja bisa dilakukan untuk mengisi waktu, terutama ketika tengah menaiki kereta. Apakah mau tertidur untuk melewatkannya, berbincang, sekadar bertukar cerita melalui pesan, menonton cerita singkat atau bahkan film, semua sah-sah saja untuk dilakukan.

Saya sebenarnya suka melewatkan waktu dengan berbincang, namun saat ini ketika semua sibuk dengan dunianya masing-masing, berbincang menjadi hal yang sulit dilakukan. Memainkan gawai, rasanya sangat membosankan. Tetapi ada satu yang tidak ingin saya biarkan, membaca.

Kali ini, Kupu-kupu Fort De Kock menjadi pilihan untuk menemani perjalanan. Karya Maya GF Lestari ini memang memikat. Tengok saja sampulnya, menggambarkan sebuah duel yang dilakukan oleh dua orang. Masing-masing menggunakan selendang dengan warna berbeda sebagai senjata. Siapa mereka? Apa yang menjadi penyebab? Bagaimana kisah selanjutnya?

Pertanyaan itu serupa magnet yang membuat saya tenggelam dalam kisah berlatar belakang keindahan alam Sumatera Barat. Perjalanan yang dilakukan tokoh utama, seakan tengah saya Jalani, hanya saja moda transportasinya berbeda.

Tokoh utama harus menggunakan bus agar tak terlihat mencolok. Padahal dia mampu berlari secepat kilat karena ilmu kanuraganya sudah sangat tinggi, sementara saya cukup duduk manis di atas KRL. Sembari membaca lembar demi lembar kisah yang mempertemukan dua manusia. Keduanya berasal dari kubu yang berbeda, satu hitam dan lainnya putih. Hanya misi yang membuat mereka bertemu. Bukan untuk mendukung, namun untuk mengakhiri pertikaian yang terjadi di antara dua perguruan ilmu beladiri.

Mengikuti kisah mereka, sungguh membuat saya tidak menyadari kalau perjalanan KRL sudah hampir tiba. Saya sungguh-sungguh terbius. Mungkin, dugaan saya atau saya saja yang merasa, sampai tidak menyadari jika ada orang lain yang melihat dan mengamati keasyikan saya ketika membaca.

Keuntungan Membaca Buku

Kegiatan membaca buku di kereta bukan lagi menjadi hal umum. Sangat jarang pengguna kereta yang membaca buku. Bukannya tidak ada sama sekali sebab saya masih mendapati satu-dua orang yang membaca buku.

Meski terbilang kegiatan langka, saya pernah bertemu dan mendengar pembicaraan dua orang mahasiswa yang mendiskusikan buku sejarah Banten Lama. Buku itu karya seorang dosen senior Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Pak Ali, orang yang akan saya temui di situs Banten Lama. Jadi selama satu jam perjalanan, saya, secara tidak sengaja, ikut menyimak diskusi mereka. Secara tidak langsung saya ikut belajar.

Nilai positif lain dari membaca buku di kereta adalah ketika saya bisa berkenalan dengan seorang pengacara. Tanpa ragu, perempuan berkacamata itu menyapa dan tampak gembira melihat saya membaca. Meski akhirnya buku saya simpan, namun saya senang karena bisa berbincang dan mendapat teman baru.

Selain Kupu-kupu Fort De Kock, Sepatu Dahlan, dan Surat Dahlan juga menjadi teman saya menuju stasiun Rangkasbitung dari stasiun Tanah Abang atau sebaliknya. Buku-buku itu merupakan koleksi pribadi.

Buku di Stasiun

Tidak selamanya saya bisa menyiapkan buku untuk dibaca. Kalau sudah begitu saya berharap bisa meminjam buku dari sebuah tempat yang memang disediakan oleh PT. KAI. Semacam rak untuk menyimpan buku untuk para pengguna kereta.

Rak buku itu pernah saya lihat di stasiun MRT. Koleksinya cukup beragam, ada buku untuk anak-anak dan parenting. Melihat rak tersebut mendorong saya untuk mencari tahu apakah hal serupa dilakukan oleh PT. KAI.

Ternyata iya. PT. KAI juga memiliki layanan “Buku Untukmu”. Layanan ini pertama kali diluncurkan di Stasiun Bandung. Para penumpang bisa meminjam buku secara gratis. Buku yang dibaca akan dikembalikan di stasiun tujuan. Apa yang dilakukan oleh PT. KAI tentu patut didukung karena bisa mendorong minat baca masyarakat. Semakin mudah mengakses buku tentu bisa mendorong tingkat literasi masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi, hari ini mau baca buku apa?

 

 

 

Komentar