Pengalaman Naik Pelita Air Service

ODP, PDP. Istilah Apa Sih? #fbbkolaborasi


Setiap hari, media selalu menyampaikan kabar terbaru terkait perkembangan Covid19. ODP dan PDP adalah istilah yang sering disebut. Selintas terdengar sama, tetapi artinya berbeda.


 ---

Ya, saya termasuk salah seorang yang setiap hari memantau kabar soal perkembangan COVID-19. Sampai saat ini grafik perkembangannya masih menanjak. Padahal pemerintah terus menyuarakan upaya untuk menahan laju penyebaran virus ini dengan cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak serta #dirumahaja. 

Namun sepertinya langkah pertahanan mandiri yang digaungkan belum benar-benar menyentuh hati nurani. Padahal tidak sedikit teman-teman fbb kolaborasi yang mengingatkan keluarga dan lingkungannya. Tetapi masih ada yang tidak berdiam #dirumahaja. Gerakan mencuci tangan dengan sabun pun bisa jadi masih terbatas alias belum semua orang melakukannya. 



Jangan Masuk Kalau Belum Cuci Tangan


Kenapa saya bisa berkata begitu? Sebab saya masih melihat ada saja anak-anak yang tidak mencuci tangan. Meski sudah diingatkan. Dengan yakin mereka menjawab sudah. Ya, selama beberapa hari setelah pengumuman anak-anak diminta belajar dari rumah, saya memang masih mengijinkan anak-anak belajar bersama di rumah.

Sebuah sabun cuci tangan berada di dekat keran dekat pintu pagar. Tujuannya tentu bisa ditebak. Siapa saja yang mau masuk harus cuci tangan. Sayangnya, pemakai sabun itu masih terbatas pada kami sekeluarga. Teman-teman si kecil tidak pernah menggunakannya. Akhirnya kegiatan belajar bersama terpaksa dihentikan sementara.

Akibatnya bisa ditebak dong, si kecil sempat ngambek karena tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya. Sebagai emak yang baik, saya sedih melihatnya tanpa senyum. Makanya pelan-pelan saya selalu menyampaikan perkembangan soal Covid19 serta apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri dari paparan virus ini.


ODP dan PDP, apakah sama?


Saya beruntung memiliki teman seorang penulis cerita anak, Mbak Watiek Ideo. Beliau menyadari bahwa informasi yang disampaikan ke anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Berkolaborasi dengan seorang illustrator, mereka membuat buku cerita bergambar tentang COVID-19. Buku-buku inilah yang saya gunakan untuk memberikan informasi awal soal virus corona atau Covid19 kepada si kecil dan fbb kolaborasi. Dan, si kecil dapat memahami sikap saya.

Namun kemudian timbul pertanyaan seputar orang yang sakit. Apalagi ada beberapa istilah yang dipakai dalam menyampaikan informasi seputar virus corona. Penyebutan istilahnya agak-agak mirip gitu. Salah sebut bisa runyam juga ya. Biar nggak bingung, lebih baik saya mencari tahu ke laman milik pemerintah (Kementrian Kesehatan RI) agar tak tersandung salah.

Berikut adalah istilah yang digunakan:

1.      Orang Dalam Pemantauan (ODP)
ODP adalah seseorang yang memiliki riwayat (sempat melakukan perjalanan) ke negara yang telah terinfeksi virus corona, atau tanpa sadar melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi virus corona. Tetapi ia belum menunjukkan gejala telah terinfeksi virus. Meski demikian, ODP harus melakukan isolasi mandiri dan dipantau oleh instansi kesehatan setempat.

2.      Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
PDP adalah seseorang atau pasien yang menunjukkan gejela terinfeksi virus corona, seperti batuk, sesak nafas, dan sakit tenggorokan. Gejala ini timbul setelah penderita melakukan kontak cukup dekat dengan penderita positif virus corona. Orang tersebut perlu mendapat pengawasan dan perawatan oleh tenaga medis di rumah sakit.

Gejalanya Seperti Apa?


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketika seseorang terinfeksi virus corona COVID-19, akan menampakkan gejala seperti demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa gejala tambahan lain juga dapat dirasakan seperti sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare.



Kalau dipikir, gejalanya mirip dengan masuk angin dan batuk pilek ya. Tetapi jangan buru-buru parno lho, sebaiknya ingat-ingat kembali apakah pernah melakukan perjalanan keluar negeri atau daerah yang telah terinfeksi virus corona, atau pernah bertemu dengan orang yang telah terinfeksi virus corona. Lalu segeralah ke lembaga kesehatan agar mendapat pemeriksaan.

Protokol Kesehatan Penanganan COVID-19


1.      Jika merasa tidak sehat dengan kriteria: a. Demam 38 derajat celcius, dan b. Batuk/pilek, istirahatlah yang cukup di rumah dan bila perlu minum obat. Apabila keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau nafas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Pada saat berobat ke fasyankes, lakukan tindakan berikut: a. Gunakan masker, b. Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar dengan cara menutup mulut dan hidung dengan menggunakan tisu atau punggung lengan, c. Usahakan tidak menggunakan transportasi massal.
2.      Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan screening suspect COVID-19: a. Jika memenuhi kriteria suspect COVID-19, maka akan dirujuk ke salah satu rumah sakit (RS) rujukan yang siap untuk penangganan COVID-19, b. Jika tidak memenuhi kriteria suspect COVID-19, maka akan dirawat inap atau rawat jalan tergantung diagnosa dan keputusan dokter fasyankes.
3.      Jika seseorang memenuhi kriteria suspect COVID-19 akan diantar ke RS rujukan menggunakan ambulan fasyankes didampingi oleh tenaga kesehatan yang menggunakan alat pelindung diri (APD).
4.      Di RS rujukan, akan dilakukan pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium dan dirawat di ruang isolasi.
5.      Specimen akan dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta. Hasil pemeriksaan akan keluar dalam 24 jam setelah specimen diterima,
a.       Jika hasilnya positif,
i.                    Maka pasien akan dinyatakan sebagai penderita COVID-19
ii.                  Sampel akan diambil setiap hari
iii.                 Penderita akan dikeluarkan dari ruang isolasi jika pemeriksaan sampel 2(dua)kali berturut-turut hasilnya negatif.
b.      Jika hasilnya negatif, pasien akan dirawat sesuai dengan penyebab penyakit.



Jika teman-teman sehat, namun:
1.      Memiliki riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara terjangkit COVID-19, atau
2.      Merasa pernah kontak dengan penderita COVID-19, hubungi Hotline Center Corona untuk mendapat petunjuk lebih lanjut di nomor berikut: 119 ext 9


So. Teman-teman dan fbb kolaborasi tetap jaga kesehatan ya. Pastikan selalu mengonsumsi makanan sehat, istirahat yang cukup, dan lakukan hal yang bikin kamu happy selama #dirumahaja. 

Sumber:
Kementrian Kesehatan RI
infografis dari Canva

Tulisan ini dibuat untuk kegiatan fbb kolaborasi.























Komentar

  1. Semoga kita sehat sehat selalu, makasih kak sharing nya

    BalasHapus
  2. Sayangnya banyak yang belum mengikuti aturan pencegahan dan masih banyak juga yang buru-buru parno ya Mbak. Sedih deh liatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, mungkin informasinya juga tidak lengkap. Jadi mereka tidak menjalankan arahan yang diberikan.

      Hapus
  3. Ternyata tantangan di rumah adalah emmang meminta anak-anak cuci tangan ya Mbak. Semoga kita semua sehat-sehat dan pandemi ini segera berakhir aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus berulang kali diingatkan mbak. Kebanyakan lupanya hahhaha.

      Hapus
  4. Di desa saya ada satu orang ODP Mbak, seluruh desa langsung ketalutan. Mungkin krna belum paham bahwa org tsb sebenrnya tdk sakit, tp hanya perlu diawasi krna baru dtang dr luar kota. Yg lebih berbahaya skrg ini adlh OTG (org tanpa gejala). Mereka bisa santai berkeliaran tanpa sadar bahwa mereka bs menularkan virus ke org2 dg imunitas lemah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huah....ODP pun sudah bikin parno apalagi OTG mbak.

      Hapus
  5. Sedih sekali rasanya jika melihat masyarakat yang belum faham tentang odp dan pdp ini ....
    Dan bahkan banyak masyakarat yang merasa malu mengakui dia odp ataupun pdp sehingga mempersulit pelacakan dan memperparah penyebaran covid ini ..
    Hal ini juga tidak terlepas pada diskriminasi masyarakat terhadap odp dan pdp ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah mbak, padahal ini bukan aib. Keterbukaan sangat diperlukan agar nggak banyak penularan.

      Hapus
  6. Ironisnya Makin ke sini penderita Corona makin banyak tapi ironisnya penduduk Indonesia kayaknya mulai santai ya, mbak. Huhu

    BalasHapus
  7. Di rumah saya ada 3 lansia dan 2 anak kecil mbak, sekarang kalau masuk rumah bahkan gak cuma cuci tangan lagi, langsung mandi keramas juga.
    Akhirnya sekarang kalau ada yang keluar rumah jadi males mandi sebelum berangkat keluar biar gak double mandinya wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.