Melihat Acara Mandi Sungai Riam di Cemapaka

Pesona Kawah Sileri Di Negeri Kayangan Dieng, Si Cantik Nan Misterius

Pesona Kawah Sileri Di Negeri Kayangan Dieng, si cantik nan misterius, sepertinya tidak akan hilang begitu saja. Meski tergolong berbahaya, keindahannya tetap menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke sana.

----

Ada beberapa hal yang bisa membuat saya gembira, salah satunya bercakap-cakap dengan teman lama saat bekerja dulu. Tentu saja banyak hal yang diperbincangkan, termasuk kenangan kala sama-sama melakoni pekerjaan.

Selamat datang di dieng
Foto : Agung P.W.



Ada banyak kisah yang bisa diingat, tapi kali ini kisah masa lalu yang jadi topik seru adalah keindahan kawasan Dieng. Kebetulan Agung, teman seperjuangan kala sama-sama bekerja di sebuah media cetak baru melawat ke Dieng.

Dia berkisah tentang pesona Kawah Sileri di negeri kayangan Dieng yang terletak di Desa Kepakisan, si cantik nan misterius itu menyimpan keindahan meski terbalut kabut tebal.

“Kawasan Dieng sudah beda sekali dengan dulu, mbak,” ujarnya setelah saling bertukar kabar.

“Pastilah, apalagi Dieng semakin terkenal dan didatangi banyak wisatawan. Dulu sepi jadi enak buat jalan-jalan,” sahutku tak kalah antusias.

Selamat datang di kawah sileri dieng
Kawah Sileri di kejauhan (foto:Agung P.W)



Suara tawa terdengar dari seberang telepon, saya tahu dia tengah menertawakan kenangan itu. Mana mungkin saya sempat berwisata sementara tugas harus diselesaikan segera.

Berselimut Kabut

Pembicaraan berlanjut, tanpa diminta pria bertubuh tinggi itu menceritakan perjalanannya kemarin. Kisah bermula pada pagi hari kala kabut masih menyelimuti kawasan Dieng.

Dengan berjalan kaki, Agung dan seorang temannya menuju sebuah kawah besar yang berada dekat penginapan D’qiano. Hebat mereka berjalan tanpa jaket meski suhu berkisar 13 derajat dan berselimut kabut.

Pagi di kawasan kawah sileri
Pagi di kawasan kawah sileri (foto: Agung P.W)


Kabut tebal yang membatasi area pandang sungguh-sungguh menantang nyali. Keduanya sempat ragu, namun mereka tidak menghentikan langkah.

Bau belerang mulai tercium ketika melintas di atas jembatan kayu. Aromanya sesekali hilang terbawa angin.

“Waktu menjejakkan kaki ke tanah, rasanya seperti masuk ke dunia lain. Takjub. Pemandangannya indah banget,” akunya dengan nada bahagia seakan baru mendapatkan hadiah.

Jembatan kayu menuju kawah sileri
Jembatan ke kawah sileri (foto: agung p.w)


Tak dihiraukannya padang rumput berwarna hitam, bekas terbakar, pandangan tertuju pada bukit di kejauhan yang terlihat samar. Langkahnya baru berhenti 50 meter dari bibir Kawah Sileri. Dari titik ini, Agung mulai mengeluarkan kamera dan mengabadikan keindahan alam ciptaan Tuhan.

Saya takjub mendengar kisah dan kenekatannya. Bagaimana mungkin fotografer ini berani mendekati Kawah Sileri yang terkenal menyimpan bahaya? jawabnya sederhana, pesona alam menjadi magnet sekaligus menepis kesan seram Kawah Sileri.

Pesona Kawah Sileri Dieng

Tidak bisa dipungkiri, Kawah Sileri yang berada di Desa Kepakisan, Kabupaten Banjarnegara ini memang memiliki pemandangan menakjubkan.

Foto-foto yang diperlihatkan pada saya semakin mempertegas pesona Kawah Sileri Dieng. Siapa sih yang tidak kepincut dengan bentangan persawahan yang dibingkai perbukitan hijau.

Balutan asap putih yang mengepul dari Kawah Sileri justru membuat pengunjung merasa sedang berada di negara antah berantah, mungkin seperti berada di negeri kayangan.

Kawah sileri di pagi hari
Kabut di atas kawah sileri (foto: agung p.w)


Asap putih dari air yang direbus secara alami oleh bumi membuat keadaan di sekitar kawah terasa hangat. Namun jangan sampai terkecoh ya karena asap tersebut menunjukan gejala vulkanis yang harus di waspadai.

Kawah terluas di dataran tinggi Dieng ini memang masih aktif, jadi tidak salah kalau dijuluki sebagai salah satu kawah paling berbahaya di Dataran Tinggi Dieng.

Sileri Si Air Beras

Ketika saya menyatakan kekaguman akan keberaniannya bertualang ke kawasan berbahaya, pria asal Kediri ini langsung tertawa kecut. Andai tahu bahaya yang mengincar, tak akan mungkin nyalinya seberani itu.

Beruntung saat berkunjung ke kawah yang terletak di lereng barat Gunung Pagerkandang dan Gunung Sipandu tidak terjadi apa-apa. Alat pemantau kegiatan vulkanik yang dilewati pun tampak dalam keadaan baik-baik saja.

Padang rumput di sekitar kawah sileri
Padang rumput di sekitar kawah sileri (foto: agung p.w)


Memang suasana di sekitar kawah masih sepi. Entah karena pandemi covid-19 yang melanda atau pengunjung masih trauma dengan letusan Kawah Sileri 3 tahun silam. Keadaan ini berbeda sekali dengan dulu, dimana para wisatawan datang sejak pagi hari untuk melihat peristawa langka berupa naiknya uap permukaan kawah dan terpisah dari permukaan air. Keajaiban ini terjadi karena matahari mulai menyinari kawasan kawah.

Pelan-pelan kawasan di sekitar semakin terlihat jelas. Jajaran pepohonan tampak nyata. Letupan lumpur bercampur air terlihat jelas.

Air yang keluar dari perut bumi ini kemudian mengalir ke kali kecil lalu menuju perkebunan penduduk. Jika diperhatikan, air kawah ternyata berwarna putih keruh, mirip air cucian beras. Masyarakat kemudian memberi nama Kawah Sileri yang berasal dari Bahasa Jawa yaitu leri yang berarti air cucian beras.

Air Beras Yang Tumpah

Warna air kawah yang tidak biasa mengundang rasa ingin tahu saya. Dari sebuah laman, saya mengetahui kisah yang dituturkan secara turun temurun.

Kisah tersebut berawal dari keinginan seorang perempuan tua sakti yang tinggal di Desa Pekasiran. Perangainya sangat buruk. Sehari-hari ia tinggal bersama seorang muridnya, Dewi Mala. Sebagai murid Dewi Mala kerap mengingatkan sang guru apabila niat buruknya timbul. Merasa dihalangi, sang nenek mengutuk Dewi Mala menjadi batu.  

Suatu hari nenek sakti ini ingin menguasai Desa Pagar Kandang, namun masyarakat desa menolak. Dengan marah sang nenek kembali ke rumah untuk mengambil air cucian beras. Air ini dipercaya mampu memusnahkan benda apapun yang dikenainya.

Malang tak bisa ditolak, dalam perjalanan kembali ke Desa Pagar Kandang ia tersandung batu hingga air beras yang dibawanya tumpah. Tumpahan tersebut membentuk Kawah Sileri.

Kisah yang dituturkan dari mulut ke mulut ini merupakan pengingat untuk menjaga sikap dan perbuatan terhadap alam dan manusia. 

Menuju Kawah Sileri

“Kamu tidak kesulitan menuju Kawah Sileri?” tanya saya penasaran sambil membayangkan harus berjalan di tengah kabut.

“Pandangan memang terbatas, tapi dari penginapan letaknya cukup dekat dan tidak sulit menuju ke sana,” jelasnya.

Suasana pagi di kawah sileri
Suasana pagi di kawah sileri (foto: agung p.w)


Bagaimana jika tidak menginap? Jangan kuatir, cukup mudah menuju area kawah dengan luas sekitar 4 hektar itu. Dari poros Dieng jaraknya hanya 7 km, sekitar 15 menit berkendara. Jika ingin mendekat ke kawah, pengunjung harus menuruni bukit setinggi 300 meter menuju kawah.

Pemerintah membuat tangga dari beton untuk memudahkan pengunjung berwisata. Bekali diri dengan masker agar bau belerang tidak terlalu tercium ya.

Kekuatan Kawah Sileri

Dibalik cerita rakyat yang masih terjaga dengan baik, keberadaan Kawah Sileri tak lepas dari kejadian alam berupa aktivitas vulkanik yang terjadi sejak episode ke dua yang diperkirakan terjadi sejak 200 tahun lalu

Hingga saat ini Kawah Sileri terbilang aktif. Terlihat dari aktivitas hydrothermal berupa air panas dan letupan di kawah tersebut.

Tak cukup dengan memperlihatkan fenomena alam yang membuat kagum, Kawah Sileri beberapa kali mempertontonkan kekuatannya. Kawah meletus pada tahun 1944, 1964, 1984, 2003, 2009, dan 2017.

Letusan freaktif yang terjadi tahun 2017 mengeluarkan asap dan semburan lumpur setinggai 50 meter. Erupsi yang terjadi tanpa disertai peringatan itu mengakibatkan 20 wisatawan terkena dampak langsung. Beruntung tidak ada korban jiwa, para wisatawan hanya menderita luka ringan.

Water park dekat kawah sileri
Area water boom tampak kosong tanpa wisatawan (foto: agung p.w)


Pasca erupsi, kegiatan pariwisata di area Kawah Sileri sempat dibatasi. Wisatawan hanya bisa melihat kecantikan Kawah Sileri dari jarak 200 meter dari bibir kawah.

Namun demikian, seluruh kegiatan pariwisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng tetap aman dan bisa dikunjungi. Kini, setelah 3 tahun berlalu, pesona Kawah Sileri Dieng, si cantik nan misterius tetap memesona dan menarik untuk dikunjungi. 

Saat menikmati keindahan alam Kawah Sileri, ingatlah cerita rakyat tentang terbentuknya Kawah Sileri, renungkan hikmah yang terkandung didalamnya sebagai pengingat diri agar menjauhi hal buruk. Setelah itu tebar kebaikan pada alam dengan tidak membuang sampah sembarangan. Tebarkan juga kegembiraan dengan membeli oleh-oleh khas Dieng karena manisnya papaya carica pendorong ekonomi masyarakat Dieng

 

Sumber  bacaan:

Wikipedia, diunduh tanggal 1 oktober 2020

https://diengplateau.com/obyek-wisata/kawah-sileri/ diunduh tanggal 1 oktober 2020

https://sains.kompas.com/read/2017/07/05/213300023/mengenal-sileri-kawah-terganas-dieng-yang-mampu-lenyapkan-desa?page=all diunduh tanggal 1 Oktober 2020

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/legenda-air-beras-di-kawah-sileri diunduh tanggal 4 Oktober 2020

 

 

 

Komentar

  1. Alhamdulillah sempat baca tulisan mbak Utari lagi...

    Dan mengetahui foto siapa di sana...satu kata buat mas Agung...KEREENN...

    Sayang disayang keindahan kabut cuma bisa aku khayalkan...padahal aku sukaaa....

    Selamat buat mbak Utari...semoga Indonesia semakin mengenal Dieng dan pesonanya...

    BalasHapus
  2. Hai mbak ika, terima kasih sudah mampir. Kawah sileri memang memesona ya. Kelihatan misterius gitu bikin tambah penasaran.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.