Pengalaman Naik Pelita Air Service

Senja di Danau Seran Banjarbaru

Danau seran sebuah kawasan wisata yang dikelola masyarakat secara swadaya. Pesonanya menguat saat senja datang hingga menghipnotis pengunjung yang datang.


Suara azan zuhur telah lama lewat. Para lelaki yang mengikuti sholat jumat mulai meninggalkan masjid menuju rumah masing-masing. Sisi kiri dan kanan jalan yang semula dipenuhi mobil, mulai terlihat sepi. Papan berisi pengumuman tengah menjalankan ibadah keagamaan telah disingkirkan.


Saya melintas di depan area masjid bersamaan dengan beberapa jamaah terakhir yang meninggalkan masjid. Jalanan pun cukup lengang. Kendaraan bisa dipacu dengan cepat, namun saya lebih suka berkendara dengan santai.


Tak perlu tergesa-gesa, meski tengah berjanji dengan seorang teman. Kami berjanji untuk melepaskan penat sejenak. Rencananya mau melihat Danau Seran Banjarbaru Kalimantan Selatan.


Danau seran banjarbaru
Pulau di tengah danau seran (foto : pribadi)



Objek wisata ini cukup akrab di telinga warga kota. Tempatnya mudah dijangkau karena tidak jauh dari pusat kota. Pemandangannya cukup cantik dan alami. Tiket masuknya pun terjangkau. Sederet alasan ini cukup menaikkan pamor si danau buatan. Meski jalan menuju ke sana tak beraspal.


Kisah si danau seran


Danau seran yang terletak 20 km dari pusat kota sebenarnya bukanlah danau alami. Danau ini merupakan bekas galian penambangan intan yang telah ditutup.


Entah berapa banyak intan yang diperoleh PT. Galuh Cempaka, perusahaan yang memegang izin penambangan di sini. Ketika kekayaan alam itu telah habis, tersisalah lubang-lubang bekas galian.


Tepian danau seran banjarbaru
Menikmati keindahan danau seran (foto : pribadi)



Air hujan yang turun, pelan-pelan mengisi cekungan yang terbentuk. Hingga terciptalah Danau Seran dengan kedalaman mencapai 30 meter.


Melewati Jalan Berdebu


Setelah menjemput teman, perjalanan menuju objek wisata pun dimulai. Jalan beraspal mulus membuat perjalanan menyenangkan. Karena kami dari arah Cempaka, maka harus menyusuri jalan Trikora hingga perempatan Guntung Manggis.


Berhenti sejenak di sebuah minimarket untuk membeli minuman dan cemilan. Rasanya kami mau pergi piknik saja. Makin komplet kalau bawa nasi bungkus nih.


Perjalanan dilanjutkan dengan berbelok ke kiri, ke arah kampung Purun. Jalannya lurus saja, tidak perlu kuatir tersesat ya. Nanti ketika menemui jalan bercabang, ambil arah ke Kampung Purun ya. Selanjutnya lurus saja.


Karena belum ada papan penunjuk arah resmi, sebaiknya jangan memacu kendaraan terlalu kencang ya. Supaya nggak kelewatan.


Perhatikan sebelah kanan jalan, ketika melihat papan kayu sederhana yang menunjukkan arah ke Danau Seran segera ikuti arahnya. Jangan kaget kalau kondisi jalan berubah menjadi jalan tanah. Artinya kita memasuki kawasan pertambangan yang dikelola PT. Galuh Cempaka.


Sepanjang jalan terdapat tumbuhan liar seperti purun dan perdu. Kita juga bisa melihat bangunan pabrik dan kendaraan yang pernah digunakan.


Sampai di sini bisa dikatakan tak ada papan petunjuk lagi. Jangan kuatir ikuti saja jalan hingga melihat beberapa bekas lubang galian. Tak lama lagi akan tampak pos retribusi. Beli tiket dulu ya seharga Rp5.000. Baru deh melanjutkan perjalanan. Itu dia Danaunya.


Oh ya, meski nama objek wisata ini sudah sangat akrab di telinga warga, tapi belum ada sarana transportasi umum menuju ke sana. Tidak ada jalan lain kecuali membawa kendaraan sendiri.


Pulau di Tengah Danau


Akhirnya sampai juga. Ketika kamu sampai, tempat parkir hanya ada 10 buah motor. Asyik suasana nggak ramai.


Pulau di danau seran
Pepohonan di pulau asmara (foto : pribadi)



Mendekati danau, terdapat beberapa warung yang menjajakan makanan dan minuman. Di sebelah kiri terlihat saung dan dermaga. 


Kami memilih ke arah kanan untuk naik perahu supaya bisa pergi ke pulau di tengah danau. Kabarnya pulau ini disebut Pulau Asmara. Entah dari mana asal namanya.


Menara di danau seran
Menara pandang (foto : pribadi)


Sebuah kelotok terparkir, siap mengantar dan menjemput penumpang dari Pulau Seberang. Biaya penyeberangannya murah kok, hanya Rp5.000 untuk perjalanan pergi pulang.


Sambil menunggu kelotok siap, saya asyik mengamati kolam di belakang yang berisi ikan lele berukuran besar. Ikan kecil pun terlihat asyik berenang di tepi danau. Tepat di samping dermaga kelotok terlihat onggokan bekas rumah terapung. Entah mengapa rumah makan itu tidak lagi beroperasi. Atap dan beberapa dindingnya terlihat runtuh.

Baca juga :

3 durian unik dari kalimantan selatan

si cantik dan lembut, cake papakin

Pohon, Ayunan, dan Kolam Renang


Kelotok akhirnya siap. Satu persatu penumpang naik dan duduk menyebar. Tidak sampai 5 menit, kelotok telah sampai di Pulau Asmara. Waktunya turun dan menjelajah.


Warung di danau seran
Warung penjual makanan (foto : pribadi)



Niat menjelajah akhirnya diurungkan sebab ukuran pulaunya kecil. Dari tempat berdiri saya bisa melihat pepohonan, ayunan, saung-saung, beberapa buah warung, dan sebuah kolam renang kecil.


Kesanalah kami menuju. Tapi tidak berenang ya karena kolamnya kecil dan airnya tidak terlalu dalam. Cukuplah untuk merendam kaki. Kalau mau berenang boleh sih, tapi bayar dulu Rp10.000. 


Kolam renang di danau seran
Kolam renang mini (foto: pribadi)



Sekarang cari tempat untuk menikmati jajanan yang tadi dibeli. Sekalian cari tempat seru buat foto-foto. Foto ini sebagai jejak kami di kawasan wisata Danau Seran, lebih keren dibanding meninggalkan sampah ya.


Sayangnya, suasana sedikit terusik dengan dentuman musik dangdut. Duh, suasana teduh dan syahdunya terasa runtuh. 

 

Baca juga :

Melihat jembatan Barito, Ikon Kota Banjarmasin 

Atraksi budaya di Sumedang yang sayang dilewatkan


Senja di Pulau Asmara


Namanya piknik tidak niat jadi sudah bahagia hanya menikmati keripik dan sebotol minuman. Ternyata enak juga ya sambil duduk-duduk di bawah pohon. Teman malah sempat memanjat salah satu pohon lalu bergaya.


Tidak terasa senja mulai tiba. Waktunya mengakhiri piknik sederhana. Suasana juga bertambah ramai. 


Sambil menunggu kelotok yang akan membawa ke seberang, saya terpana menikmati senja yang datang.


Senja di danau seran
Senja di danau seran (foto: pribadi)



Matahari terlihat berwarna keemasan. Sinarnya memantul di permukaan danau. Keindahannya semakin memikat dengan siluet pepohonan di tepi danau.


Indah sekali. Benar-benar karunia Tuhan yang patut disyukuri. Andai saja saya bisa berdiam lebih lama pasti pemandangan akan semakin memikat. Namun kelotok sudah datang. Waktunya kembali pulang.










Komentar

  1. mbak utari asli Banjarmasin ya?
    aku dulu waktu ke banjarmasin belum nemu blog mbak utari hehe, jadinya aku explore banjarmasin dengan temen temen Couchsurfing banjarmasin dan backpacker banjarmasin kayaknya
    asik juga ini ya ada pulau di tengah danau, dan ada kolam mininya pula.
    plus biaya yang dikeluarin juga ga perlu mahal mahal banget

    aku suka sama senjanya, cantikk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pendatang sih mbak, bukan asli Banjarmasin. tapi suka muter-muter dan bikin artikel deh. masih banyak yang belum di jelajahi sih mbak. ayo kapan ke banjarmasin lagi, kita keliling.

      Hapus
  2. wah kenapa waktu ke banjar masin gak kesini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum banyak yang tahu tempat ini mbak, masih warga lokal yang main ke sini karena letaknya di area pertambangan. nggak ada papan petunjuk resmi layaknya objek wisata lainnya. jalannya pun masih tanah.

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.